Robert Arjuna, Dokter yang Berdedikasi di Pendidikan dengan Mendirikan Sekolah
Pernah 11 Tahun Mengabdi sebagai Guru
jpnn.com - Masa kecilnya dilalui dengan sulit. Dia harus berjualan untuk membiayai sekolah. Karena itu, dia pun berjanji pada Tuhan untuk bisa mendirikan sekolah. Dia ingin semua anak bisa merasakan manisnya bangku sekolah. Dia adalah dr Robert Arjuna PhD.
Laporan Muniroh, Surabaya
SEROMBONGAN balita tampak berlarian dengan ceria. Mereka bermain dan berceloteh dengan riang. Di antaranya, Felix Renold, 2, dan Beatrix Etsuko, 4. Pagi itu (13/11) adalah jadwal pemeriksaan rutin. Mereka ditidurkan di atas brankar. Dokter pun mulai memeriksa denyut nadi Felix dan Beatrix.
Di samping mereka, seorang pria mengenakan setelan jas dokter terus mengajak anak-anak tersebut bercanda. Dia adalah dr Robert Arjuna PhD, sang pemilik sekolah. Unik memang. Dokter memiliki sekolah. Bahkan, sekolahnya terletak di klinik yang didirikannya.
Nama sekolah itu adalah Sayang School. Letaknya di Pakuwon City. Tidak seperti sekolah biasa, Sayang School memiliki program khusus. Yakni, murid selalu diperiksa setiap hari. Ada dua dokter sekolah yang siaga. Pemeriksaan dilaksanakan pagi, sebelum masuk kelas.
Robert-lah yang memiliki ide cemerlang itu. Tujuannya adalah mengenalkan pentingnya kesehatan pada siswa sejak dini. Menurut dia, mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena itu, setiap anak di jenjang PG dan TK tersebut diperiksa. Mulai telinga, mata, hingga seluruh badan. ”Selalu dicek kalau ada yang demam, mencret, atau flu. Sehat nomor satu, baru bisa belajar maksimal,” ujarnya.
Menurut Robert, untuk memperkuat otak, diperlukan otot dan hati yang sehat. Pas dengan slogan hidupnya, hati, otak, dan otot (HO2). Setiap siswa juga sering diberi materi terkait dengan kesehatan. Misalnya, tentang cara cuci tangan yang benar dan berpakaian yang rapi.
Sedari kecil, mereka sudah terbiasa menjaga kesehatan. Karena itu, fasilitas sekolah juga lengkap. Terutama perlengkapan olahraga. Murid juga sering diajak berenang dan outbound. ”Tujuannya, anak bergerak dan berjiwa kreatif,” katanya.
Masa kecilnya dilalui dengan sulit. Dia harus berjualan untuk membiayai sekolah. Karena itu, dia pun berjanji pada Tuhan untuk bisa mendirikan sekolah.
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara