Robert Arjuna, Dokter yang Berdedikasi di Pendidikan dengan Mendirikan Sekolah
Pernah 11 Tahun Mengabdi sebagai Guru
Robert sering berpisah dengan sang ayah yang pergi melaut ke pulau terpencil. ”Orang tua saya bilang sama anak-anaknya. Biar mereka menjadi nelayan, kami jangan,” ucapnya.
Dia menambahkan, dokter memang menjadi obsesinya sejak kecil. Sebab, di kampungnya, banyak warga yang mengembuskan napas terakhir lantaran penyakit ringan. Misalnya, diare dan step. ”Saat itu saya berpikir, alangkah indahnya kampung saya jika bisa menyelamatkan orang,” kata putra pasangan Teguh Arjuna dan Lusiana Oeij tersebut.
Bahkan, Robert menyatakan tak menyangka jadi dokter. Tanpa modal. Dia menyebut, hanya semangat, keuletan, dan keteguhanlah yang mengantarkannya hingga ke titik saat ini.
Sejak berusia 12 tahun, Robert berusaha mandiri. Apalagi dia adalah anak pertama di antara enam bersaudara. Dia juga harus membantu orang tua untuk menyekolahkan adik-adiknya. Caranya dengan menjual rokok.
Beragam suka duka pun sudah dia lalui. Terutama saat berdagang demi membiayai sekolahnya. Ketika itu Robert sudah biasa dikejar-kejar polisi saat berdagang rokok. Maklum, rokok yang dijual tidak terdaftar di bea cukai. Robert harus rela dihukum aparat.
”Hukumannya cuma push-up. Soalnya mau ditangkap tidak punya duit,” ujar lelaki yang memiliki moto belajar berkarya mengabdi (BBM) itu.
Memasuki usia 15 tahun, jiwa mengajarnya muncul. Robert menjadi guru privat. Saat itu dia mengajar siswa SMP. Tak berhenti di situ, setelah masuk perguruan tinggi, dia masih mengajar. Yakni, di SMA W.R. Supratman dan SMA Sutomo Medan. ”Usia saya dengan murid cuma selisih dua tahun,” ucap pria yang menjadi juara I Young Investigator Awards International Scientific Meeting in Taiwan tersebut.
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan itu mengajarkan biologi. Tak tanggung-tanggung, Robert langsung mengajar kelas XII. Lantaran prestasinya, dia dinobatkan sebagai wali kelas. Kemudian, dia dipercaya sebagai wakil direktur yayasan.
Masa kecilnya dilalui dengan sulit. Dia harus berjualan untuk membiayai sekolah. Karena itu, dia pun berjanji pada Tuhan untuk bisa mendirikan sekolah.
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408