Robot Prajurit AS Telan Rp 51,5 T
Selasa, 02 Desember 2008 – 04:09 WIB
Peneliti tengah merancang sebuah software sebagai panduan pergerakan robot-robot itu. Sebuah sistem yang bisa menganalisis sendiri kapan mulai beraksi, membedakan pasukan musuh dengan sipil, atau membedakan tank baja dengan ambulans. Tak lupa, aturan Konvensi Jenewa diselipkan dalam memori komputer tersebut sebagai panduan etika prajurit di medan perang.
Baca Juga:
''Keuntungan'' robot prajurit itu, menurut Ronald Arkin, ilmuwan komputer dari Georgia Tech University, adalah tak perlu melindungi diri sendiri dan tak akan marah atau frustrasi bila berada terus-menerus di medan tempur. Itu berbeda dengan yang dirasakan prajurit AS di Iraq maupun Afghanistan.
Kritik datang dari ahli komputer dari Sheffield University, Noel Sharkey. Dia mengatakan,''Tulang belulang saya menggigil. Saya sudah bekerja sebagai agen intelijen selama berpuluh tahun, namun gagasan robot menggantikan peran manusia itu sungguh mengerikan.'' (ape/ami)
WASHINGTON - Kian panjangnya deret serdadu Paman Sam yang nyawanya melayang di medan perang ataupun mengalami krisis mental menguatkan tekad Amerika
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Ukraina & Suriah Perkuat Hubungan Diplomasi Kemanusiaan di Tengah Invasi Rusia
- Gencatan Senjata Tak Berpengaruh, Tentara Israel Tetap Lakukan Pelanggaran di Lebanon
- Arab Saudi Janjikan Pelayanan Kelas Dunia untuk Jemaah Haji & Umrah
- Korsel Diguncang Skandal Politik, Korut Pamer Rudal Hipersonik
- Jerman dan Amerika Diguncang Aksi Teror, Prancis Panik
- Iran Izinkan Anak 14 Tahun Jalani Operasi Plastik demi Kecantikan