Rokok Kretek Asing Berbanderol Murah Bisa Ancam Industri Domestik
jpnn.com, JAKARTA - Peneliti dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng mengingatkan seluruh stakeholder pertembakauan nasional untuk mewaspadai penetrasi rokok asing.
Dia berkaca pada peredaran rokok kretek dengan merek asing yang hanya dijual seharga Rp 12 ribu per bungkus.
”Ini jelas tragedi karena rokok kretek yang selama ini dihasilkan oleh bangsa Indonesia, menjadi budaya Indonesia, dan produk asli Indonesia, kini bisa diimpor dari luar negeri dan dijual dengan harga murah,” ujar Salamuddin, Senin (11/3).
Dia menilai ada kesengajaan dari perusahaan rokok asing untuk mengincar pasar rokok kretek Indonesia.
”Caranya ialah dengan mengacak-acak kebijakan cukai, menekan perusahaan kecil dengan cukai mencekik, menyetarakan dengan perusahaan besar dan asing,” tutur Daeng.
Dia mengakui industri hasil tembakau (IHT) memang memiliki pangsa sangat besar di Indonesia. Menurut Salamudin, nilai pasar tembakau Indonesia mencapai Rp 450-500 triliun per tahun.
Dari nilai pasar sebesar itu, dia mencatat hanya 30 persen yang masih dikuasai perusahaan lokal. Ditambah bahan baku hampir 50 persen impor, di mana 30 persen diimpor dari Tiongkok.
”Jadi, tinggal sedikit sekali nilai perdagangan tembakau yang tersisa di Indonesia," imbuh Salamudin.
Peneliti dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng mengingatkan seluruh stakeholder pertembakauan nasional untuk mewaspadai penetrasi rokok asing.
- Penundaan Kenaikan Cukai Rokok Dinilai Mengancam Kesehatan Masyarakat
- Rokok Ilegal Merajalela, Negara Rugi Rp 5,76 Triliun Akibat Kenaikan Tarif Cukai
- Kebijakan Kemenkes Kemasan Rokok Polos Tanpa Merek Dipertanyakan, RPMK Dikritik
- Peneliti & Pakar Sepakat Cukai Rokok Perlu Dinaikkan Demi Tekan Jumlah Perokok
- Penyederhanaan Struktur Tarif Cukai Dinilai Bakal Suburkan Rokok Ilegal
- Soal Rencana Kenaikan Cukai Rokok, Ketua DPD RI Beri Solusi Agar IHT Tidak Terimbas