Rombongan Piknik Hanyut di Curug Lontar
jpnn.com - BOGOR - Peristiwa nahas dialami rombongan wisatawan asal Sunter, Tanjungpriok, Jakarta Utara, saat berwisata di Kawasan Curug Lontar, RT05/07, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, kemarin.
Asyik berenang, 13 orang anggota rombongan hanyut terbawa arus. Satu orang masih hilang, sementara 12 orang lainnya berhasil selamat.
Informasi yang dihimpun wartawan Radar Bogor (Grup JPNN), rombongan asal Sunter tersebut berwisata di Kawasan Curug Lontar sejak Rabu(16/10). Sekitar pukul 09:00, rombongan asyik berenang di kawasan Curug Lontar. Niat bersenang-senang di segarnya air curug malah berbuah petaka. Arus mendadak membesar hingga menyeret belasan anggota wisatawan.
Salah satu anggota rombongan, Deni Erwanto (32), warga Jalan Bentengan Timur 12, No. 40, RT02/06, Kelurahan Sunter, Kecamatan Tanjungpriok, Jakarta Utara, mula-mula hanyut terseret arus. Sementara 12 anggota rombongan yang menolong turut terbawa.
“Saya terima laporan dari teman-teman korban sekitar pukul 10:00. Saya langsung lapor ke Polsek Leuwiliang, warga juga saya kerahkan untuk membantu proses pencarian,” ucap Ketua RT05/07, Desa Karyasari, Wawan Gunawan, kemarin.
Wawan mengatakan, pihaknya tidak mengetahui jika ada rombongan yang berkunjung ke kawasan curug. Padahal, kawasan Curug Lontar diketahui berbahaya dan sering menelan korban jiwa. “Sudah banyak yang hanyut di situ. Makanya, setiap ada tamu yang berkunjung sering kami dampingi atau paling tidak melapor ke aparat wilayah setempat,” kata dia.
Pria perawakan tambun berambut lurus ini mengatakan, sebelumnya, Curug Lontar pernah menelan korban pada pertengahan 1995. Di tahun tersebut, dua orang hanyut tapi berhasil diselamatkan. Kemudian pada 2001, seorang dinyatakan hanyut dan beruntung masih bisa diselamatkan pula. Petaka kembali terjadi pada 2010.
Dua ABG hanyut, namum malang ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. “Nah, ini ada kejadian lagi. Memang daerah ini terlarang untuk dijadikan tempat bermain, terutama orang bukan asli Bogor,” kata dia.
Terpisah, Babinkamtibnas Desa Karyasari, Briptu Panji Singgih menuturkan, pihaknya akan memasang plang pelarangan bermain di sekitar curug. Menurutnya, Kawasan Curug Lontar memang sudah dikenal keramat dan sering meminta tumbal. “Ke depan kami akan pasang plang. Kami juga akan memantau kawasan ini kedepan,” kata dia.
Sementara itu, proses pencarian korban dilakukan sejak pukul 10:00 hingga pukul 20:00. Aparat kepolisian dari Polsek Leuwiliang dan Cibungbulang sibuk mengobok-obok lokasi kejadian sejak pukul 10:00. Lamanya proses pencarian membuat petugas kepolisian kewalahan dan meminta bantuan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor.
Sekitar pukul 17:00, tidak kurang dari sepuluh personil BPBD terjun ke lokasi kejadian dan membantu proses pencarian. Sulitnya medan dan minimnya akses jalan menuju lokasi membuat petugas SAR Gabungan kelimpungan. Terlebih peralatan bantu yang dibawa juga terbatas.
“Pencarian akan kami lanjutkan besok (hari ini, red), peralatan yang kami bawa terbatas,” ucap Kasi Kedaruratan pada BPBD Kabupaten Bogor, Budi Aksomo, kemarin.
Sementara, Danru V Tim BPBD, Rifai menuturkan, personelnya akan ditambah untuk membantu proses pencarian. “Medannya sulit dijangkau. Kemungkinan, besok (hari ini, red), kami akan turunkan personil dan alat bantu,” kata dia. Hingga berita ini dikorankan, pihak keluarga korban masih menunggu hasil pencarian petugas.
Goa Maut di Dasar Curug
Tokoh masyarakat Kampung Curug, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, meyakini bahwa keberadaan Curug Lontar memiliki legenda tersendiri. Curug diberi nama lontar karena dahulu ada banyak daun lontar di sekitar curug dan digunakan sejumlah warga untuk menulis cerita.
Kisah lain menyebutkan, kawasan curug juga sering dijadikan tempat pertapaan Prabu Siliwangi untuk menulis kisah cerita hidup.
Curug berubah suasana sejak awal 1985. Telaga yang terselip di antara semak belukar dan diapit oleh aliran Sungai Cianteun itu mulai ramai dikunjungi wisatawan. Secara garis sejarah, Sungai Cianteun merupakan peranakan aliran Sungai dari Pamijahan yang diketahui membawa aliran mistik lantaran dikenal deras dan acap memakan korban.
“Bahkan, setiap masuk hari libur, minimal ada 50 orang yang datang untuk melepas penat,” ucap Wawan(56), salah satu Tokoh Masyarakat Karyasari.
Untuk menuju Curug Lontar, wisatawan harus menelusuri jalan setapak sepanjang 200 meter dengan lebar 1 meter. Namun, perjalanan pun tak akan terasa karena keindahan alam di sekitar Curug.
Meskipun demikian, wisatawan harus tetap berhati-hati karena jalan sangat licin, terutama saat musim hujan. Menurut kepercayaan warga sekitar, konon di dasar curug terdapat peninggalan gong, batu yang bisa buka tutup, juga berbagai ikan air tawar.
Wawan menambahkan, pernah ada sejumlah warga menjala ikan, namun hanya memperoleh sisik sebesar nyiru (tempat membersihkan beras, red). “Ada tiga orang produser film yang mengakui keindahan Curug Lontar, sehingga tempat ini pernah dijadikan lokasi syuting film laga dan misteri,” kata dia.(rp10/PKL3/yus/d)
BOGOR - Peristiwa nahas dialami rombongan wisatawan asal Sunter, Tanjungpriok, Jakarta Utara, saat berwisata di Kawasan Curug Lontar, RT05/07, Desa
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Gerakan Guna Ulang Jakarta, Edukasi Mengurangi Pemakaian Plastik Sekali Pakai
- Fasilitas Makin Lengkap, Triboon Hub Tambah 2 Resto Baru di Jakarta
- Durasi Pemadaman Lampu Program Earth Hour Terlalu Singkat
- Di Tengah Sosialisasi Tupoksi kepada Warga, MKD DPR RI Singgung Pelat Nomor Khusus
- Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia, Warga Bekasi Diminta Kibarkan Bendera Setengah Tiang
- Anies Bangun Kampung Gembira Gembrong dengan Dana Rp 7,8 Miliar dari Infak Salat Id di JIS