Rosihan Anwar
Pribadi Gabungan Wartawan, Diplomat, dan Politikus
Jumat, 15 April 2011 – 01:51 WIB
Kalau saja Pak Rosihan memiliki kekuasaan, mungkin saja bangunan-bangunan kaki lima yang berderet di depan rumahnya itu akan digusur habis. Jalan pun menjadi lapang. Bahkan, di pinggir jalan itu, di lokasi pedagang kaki lima, bisa mendapat dari anggaran pemerintah untuk ditanami pepohonan yang rindang nan indah.
Lalu sungai itu sendiri akan selalu dibersihkan, dibuatkan plengsengan dan dirawat menjadi sungai yang indah. Tidak mustahil, kalau dipercantik justru sungai itu menambah kesan elitenya kawasan rumah Pak Rosihan.
Tapi, beliau tidak punya kekuasaan untuk itu. Jadilah kawasan rumahnya menjadi kawasan yang "kalah" dengan kawasan Menteng selebihnya. Jadilah, Mentengnya Pak Rosihan ini menjadi Menteng yang di pinggiran. Tapi, Pak Rosihan teguh untuk tetap tinggal di situ. Sampai akhir hayatnya. Sebuah keteguhan untuk berada di pinggir, sebagaimana sikap hidupnya sendiri.
Memang, "pinggirnya" kawasan rumah Pak Rosihan dan pinggirnya sikap hidup Pak Rosihan masih dalam kategori "pinggir yang dekat ke tengah". Tepatnya, rumah Pak Rosihan masih sangat dekat dengan pusat kemewahan. Demikian juga posisi dirinya, bukan diri yang sepenuhnya berada di seberang elitisme politik di negeri ini.
PERTEMUAN saya terakhir dengan tokoh wartawan H Rosihan Anwar yang meninggal dunia kemarin pagi itu terjadi enam bulan lalu. Yakni, ketika saya datang
BERITA TERKAIT