Rosihan Anwar
Pribadi Gabungan Wartawan, Diplomat, dan Politikus
Jumat, 15 April 2011 – 01:51 WIB
Beliau orang yang tidak acuh terhadap gemerlap dunia seperti itu. Sinis, tak acuh, dan lugas memang melekat sebagai ciri khas beliau. Termasuk kalau sedang mengajar wartawan muda. "Membaca tulisanmu ini," katanya pada suatu forum pendidikan wartawan, "mata saya sampai berbulu". Ini untuk menunjukkan betapa ruwetnya tulisan wartawan yang sedang dibaca itu.
Pak Rosihan memang mempunyai kemampuan menulis yang sederhana, lancar, dan warna-warni. Dia sangat benci dengan tulisan wartawan yang muter-muter, berat, seret, dan semrawut. "Tulisan kok seperti ketiak ular begini," katanya.
Saya sendiri tidak termasuk murid beliau. Saya lebih tepat sebagai muridnya orang seperti Gunawan Mohamad. Namun, saya tahu bahwa Pak Rosihan sangat aktif mendidik wartawan muda. Itu dia contohkan dengan dirinya sendiri yang masih terus aktif menulis sampai usianya yang 89 tahun.
Apa saja beliau tulis: pengalaman perjalanan, pengalaman meliput peristiwa besar di masa mudanya, soal makanan, pariwisata, politik, dan sebagainya. Ini karena beliau memang sudah menjadi wartawan sejak sangat belia. Beliau juga mengalami banyak peristiwa sejarah sejak sebelum kemerdekaan, zaman perjuangan kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi ini.
Beliau adalah pencatat sejarah yang penting dan cermat. Beliau tidak melupakan detail-detail sebuah peristiwa. Dengan begitu, beliau juga banyak kenal dengan tokoh-tokoh politik besar di negeri ini.
PERTEMUAN saya terakhir dengan tokoh wartawan H Rosihan Anwar yang meninggal dunia kemarin pagi itu terjadi enam bulan lalu. Yakni, ketika saya datang
BERITA TERKAIT