Rosita, TKI Perempuan yang Berjuang Sendiri untuk Lolos dari Hukuman Pancung

Rosita, TKI Perempuan yang Berjuang Sendiri untuk Lolos dari Hukuman Pancung
Rosita saat diwawancarai di LSM Perempuan, Pejaten, Jakarta Selatan. Foto; Dhimas Ginanjar / JAWA POS

Sesaat setelah suasana kamar menjadi gelap, tiba-tiba ada yang membekap mulutnya. Orang yang membekap mulut Rosita itu mengancam agar tidak berteriak jika tidak mau dibunuh. Setelah orang yang mengancam itu pergi, Rosita mencoba memanggil Lilis. Karena tidak ada sahutan, dia merasa ada sesuatu pada temannya itu. Rosita memilih mencari bantuan ke kamar majikannya. "Tolong, ada laki-laki masuk ke kamar," teriak Rosita saat itu sambil mengetuk pintu kamar majikannya.

Anehnya, saat membuka pintu kamar, sang majikan malah menyuruh Rosita membuka pintu rumah. Majikannya berkata, polisi sudah ada di depan. Kedatangan polisi awalnya membuat Rosita lega. Namun, dia bingung bukan kepalang saat polisi tersebut malah membawanya ke rumah sakit. Di sana dia diperiksa apakah telah terjadi perzinahan. "Saya kaget saat di rumah sakit karena di sana baru tahu bahwa Lilis telah meninggal," tuturnya.

 

Saat itu di benak Rosita banyak muncul pertanyaan. Mengapa Lilis meninggal? Lantas, siapa pria yang membekap mulutnya dan mengancamnya? Apakah pria itu yang membunuh Lilis? Belum mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan itu, Rosita bertambah kaget ketika dirinya dijebloskan ke penjara.

Di dalam penjara, polisi meminta dia mengaku telah membunuh Lilis. "Tentu saja saya kaget. Saya katakan bahwa saya tidak membunuh Lilis," tandasnya.

Jika Ruyati adalah TKI perempuan di Arab Saudi yang tewas setelah dihukum pancung, kisah yang dialami Rosita Siti Saadah ini berbeda. Sama-sama dituduh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News