Rosita, TKI Perempuan yang Berjuang Sendiri untuk Lolos dari Hukuman Pancung

Rosita, TKI Perempuan yang Berjuang Sendiri untuk Lolos dari Hukuman Pancung
Rosita saat diwawancarai di LSM Perempuan, Pejaten, Jakarta Selatan. Foto; Dhimas Ginanjar / JAWA POS

Pemeriksaan berlanjut hingga mendatangkan majikan dan anak majikannya yang bernama Abdullah. Rosita lantas ingat, pada malam terbunuhnya Lilis, dirinya melihat Abdullah secara sepintas. Begitu anak majikannya yang berusia 15 tahun itu dipulangkan, dia mulai mendapat titik terang kasus tersebut.

Ibu satu anak itu menduga, pembunuhan itu muncul karena masalah cinta. Dia menduga, Abdullah menyukai Lilis yang seumuran dengannya. Tetapi, mengapa Lilis dibunuh? Masih belum ditemukan alasannya. "Yang saya yakin, dia (Abdullah, Red) terlibat pembunuhan," ucapnya.

Dia lantas mengadu kepada polisi bahwa Abdullah adalah kekasihnya dan tahu pasti tentang pembunuhan itu. Dia terpaksa berbohong kepada polisi karena dengan cara itulah Abdullah bisa diseret ke kantor polisi lagi. Ternyata dugaannya benar, anak majikannya itu lantas dipanggil dan diperiksa.

 

Dari pengakuan Abdullah, dua temannya yang ikut membunuh terseret juga. Akhirnya, tiga orang itu dipenjara dan menjalani persidangan hingga kini. "Tapi, saya masih dipenjara karena dianggap bersekongkol," kenang perempuan kelahiran 1 Mei 1980 itu.

Jika Ruyati adalah TKI perempuan di Arab Saudi yang tewas setelah dihukum pancung, kisah yang dialami Rosita Siti Saadah ini berbeda. Sama-sama dituduh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News