Rosman Menjual Kerbau demi Berdakwah, Dikira Teroris, Diadang Masyarakat Pedalaman
"Bahkan saya bersama rombongan jemaah yang hendak berdakwah, juga pernah diadang oleh masyarakat pedalaman Mentawai, karena kami dikira teroris," tuturnya.
Suami dari Nur Hayati (47) itu juga menuturkan niatnya berdakwah di pedalaman Mentawai tidak lain hanya untuk mencari bekal di akhirat nanti.
"Karena hidup di dunia hanya sementara dan akhirat adalah selama-lamanya," ujarnya.
Memegang teguh prinsip tersebut pada 2018, Rosman nekat menjual seekor kerbau miliknya seharga Rp9 juta digunakan untuk biaya hidup selama berdakwah di Desa Bulasat.
Selain berdakwah, di Bulasat ia juga berladang di lahan Masjid Darus Salam yang berupa pisang dan ubi yang dijual ke Sikakap.
Rosman memutuskan untuk bermukim di Desa Bulasat dan tinggal di Masjid Darus Salam.
Sementara sang istri berserta anaknya, tinggal di Pasapuat, Kecamatan Pagai Utara.
Selama menjadi dai binaan, Rosman pulang ke Pasapuat untuk bertemu keluarganya satu sampai dua kali sebulan, karena jarak Pasapuat dengan Bulasat cukup jauh, sekitar enam jam perjalanan dengan mengendarai sepeda motor.
Berikut ini kisah Rosman yang rela menjual kerbaunya dan uangnya untuk biaya selama berdakwah.
- MUI Imbau Umat Islam Pilih Pemimpin yang Berintegritas, Tidak Terima Suap dan Politik Dinasti
- Gerakan Boikot Jangan Dimanfaatkan untuk Persaingan Bisnis
- Kiai Marsudi Sampaikan Orasi Ilmiah di UIN Saizu Purwokerto
- Presiden Prabowo Dukung Kemerdekaan Palestina, MUI Bereaksi
- Mobil Maung Jadi Kendaraan Dinas Pejabat, MUI: Bukti Dukung Produk Dalam Negeri
- Mediasi Gagal karena Jaksa Meminta Guru Honorer Supriyani Segera Masuk Ruangan