Rotasi Makam Muslim Ala Durban
Catatan Dani Nur Subagiyo, Durban
Minggu, 20 Juni 2010 – 04:11 WIB
JARAK Bandara King Shaka ke pusat kota Durban terbilang jauh, yakni 35 km. Jika kondisi jalan sepi, perjalanan bisa memakan waktu setengah jam. Namun, apabila lalu lintasnya ramai, bisa 45 menit atau sampai satu jam. Selama itu pula, perbukitan dan perkebunan merupakan pemandangan yang banyak menghiasi perjalanan saya. Verulam Moslem Cemetary. Begitu papan nama yang terpampang di sisi gapura ketika sampai di lokasi. Pintu gerbang sebenarnya dalam keadaan terkunci. Namun, ada pintu di sisi pintu gerbang yang dibiarkan terbuka, dan kata Muhammed saya boleh masuk dari situ. Setelah membaca doa, saya memasuki pemakaman yang luasnya sekitar 100 meter persegi itu.
Di tengah perjalanan, mobil yang mengantar saya melewati sebuah kawasan bernama Verulam. Dari informasi yang saya dapat, Verulam merupakan kawasan yang banyak dihuni komunitas muslim, khususnya dari India dan Pakistan. Kebetulan, supir yang mengantar saya seorang muslim keturunan India bernama Muhammed (35). Kebetulan pula, dia tinggal di Verulam.
Baca Juga:
Jadi, sebelum menuju Durban, dia mengajak saya berkeliling Verulam. Dari lokasi rumahnya, pasar, pengadilan, bendungan, sampai pemakaman. Pemakaman? Saat meliput Piala Dunia? Rasanya agak gimana. Namun, ketika Muhammed mengatakan bahwa pemakaman Verulam merupakan satu-satunya pemakaman muslim di Durban, saya tertarik mendatanginya alias berziarah ke sana.
Baca Juga: