RPA di Tangerang, Penampung Bayi Hasil Hubungan Gelap TKI

Gillian Berdarah Syria, Najla Bibit Bangladesh

RPA di Tangerang, Penampung Bayi Hasil Hubungan Gelap TKI
LUCU- Anak-anak TKI yang masih lucu-lucu yang ditampung di RPA Tangerang. Foto: Zulham Mubarak/Jawa Pos

"Setelah puas dengan Rahma, kedua laki-laki itu menyerahkan dia (Rahma, Red) ke polisi Arab Saudi. Dalam dinginnya penjara, lahirlah Najla yang kemudian ikut dideportasi bersama Rahma kembali ke Indonesia," tutur Yudhi.

Di tanah air, Najla yang berdarah Bangladesh-Indonesia itu dibawa pulang ke Jepara. Namun, suaminya menolak mentah-mentah kedatangan Rahma dan Najla. Dalam kondisi panik, Rahma kembali lagi ke terminal 4 di Jakarta dan meminta bantuan Yudhi. "Tak terasa sekarang hampir 14 bulan dia dirawat di sini," kata pria berkacamata itu dengan mata berkaca-kaca.

Alumnus Ponpes Walisongo, Ponorogo, itu mengatakan, RPA TKI didirikan atas berbagai faktor. Antara lain, didasari niat menyelamatkan bayi-bayi TKI dari tangan para penjual bayi. Motif lain, kata pria bertitel sarjana hukum itu, adalah niat menegakkan akidah Islam. Yakni, menjaga agar bayi-bayi yang lahir dari orang tua muslim itu tidak berpindah agama.

Setidaknya, itulah yang diamanatkan Kepala BNP2 (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan) TKI Mohammad Jumhur Hidayat, ketika bersedia menjadi donor tunggal bagi lembaga nonprofit itu. "Sebab, dalam undang-undang hak asuh anak, tidak harus jatuh pada orang tua angkat yang seagama," katanya.

BERANGKAT dari keprihatinan atas nasib tenaga kerja Indonesia (TKI), tahun lalu Yudhi Ramdani memelopori berdirinya Rumah Penitipan Anak (RPA) TKI.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News