RSBI Tidak Perlu Memakai Guru Ekspatriat
Butuh Tutor Tambahan, Kerja Sama dengan Kampus
Jumat, 09 Maret 2012 – 04:48 WIB

RSBI Tidak Perlu Memakai Guru Ekspatriat
Alangkah baiknya, kata Nuh, anggaran yang digunakan untuk menggaji guru ekspatriat itu digunakan untuk mensubsidi siswa miskin supaya bisa masuk bersekolah di RSBI. "Apalagi aturan minimal 20 persen untuk kuota siswa miskin masih belum terlaksana," kata dia. Dia juga mengaku sangat kecewa jika keberadaan guru ekspatriat ini hanya untuk gagah-gagahan, atau menjaga gengsi.
Baca Juga:
Sebagai gantinya, Nuh meminta sekolah berlabel RSBI untuk meningkatkan kualitas guru yang ada. Guru-guru yang dinilai potensial, kalau perlu dibantu dalam segi pembiayaan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.
Dengan demikian, sekolah bisa memiliki asset yang lebih bersifat jangka panjang. "Selain itu juga untuk pemberdayaan. Dan bisa menghemat anggaran," katanya.
Sedangkan jika benar-benar perlu guru pendamping, guru tamu, atau tutor untuk pengayaan pelajaran tertentu, pihak sekolah bisa bekerjasama dengan pendidikan tinggi setempat. Nuh menjelaskan, di kampung-kampus banyak mahasiswa yang sudah jago disiplin ilmu tertentu.
JAKARTA - Di beberapa tempat, terutama di kota besar, Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) menggunakan orang asing atau ekspatriat sebagai
BERITA TERKAIT
- FH UKI dan Universitas Sevilla Jalin Kerja Sama di Bidang Riset dan Akademis
- Mendikdasmen: Tunjangan Guru Honorer Non-Serdik Tidak Dihitung dari Januari
- Program Lampu Belajar: Anak Sekolah di Desa pun Berhak Menjadi Cerdas
- Berkontribusi untuk Dunia Pendidikan, FKS Inspire Beri Pelatihan Skill untuk Guru dan Siswa SMK
- Waka MPR Dorong Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan Bagi Guru Harus Dijalankan
- Wamen Diktisaintek Dukung Langkah Atma Jaya Menuju Universitas Berbasis Riset