Ruang 48

Oleh: Dahlan Iskan

Ruang 48
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Meja itu panjang sekali. Dari dinding kiri sampai dinding kanan. Tidak ada sela untuk lewat.

Sebenarnya ada. Bagian ujung meja itu bisa dilipat ke atas, untuk lewat. Tetapi memang tidak ada orang yang perlu lewat situ.

Saya pun duduk di kursi hitam bersandaran sebahu yang bisa digeser-geser. Sebelah kursi ini ada satu kursi berangka stainless steel yang agak kecil. Mungkin untuk tempat duduk pengacara.

Meja itu sendiri hanya diisi satu set komputer PC. Lengkap dengan keyboard-nya. Selebihnya kosong.

Di seberang saya ada satu kursi bersandaran tinggi, lebih tinggi dari kepala. Rupanya di kursi besar itu nanti pemeriksa saya duduk.

Sepuluh menit kemudian saya masih sendirian di kamar itu. Memang belum jam 10.00. Saya tahu waktu dari jam dinding digital.

Jam itu dipasang di dinding belakang tempat duduk saya. Tetapi saya bisa menatapnya lewat kaca cermin besar yang posisinya di belakang kursi pemeriksa.

Tentu posisi angkanya terbalik. Kadang sulit membedakan mana angka 5 dan angka 2. Secara digital, dua angka itu mirip sekali.

SAYA terlalu cepat tiba: 09.15. Kemarin KPK memanggil saya pukul 10.00. Mobil harus berhenti di pinggir jalan. Hanya mobil khusus yang bisa masuk sampai teras.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News