Ruhut Yakin Andai Jokowi Tentara Masuk Kopassus, Ada Luhut, Moeldoko, Tak Bisa Dilawan, Mana KAMI?

jpnn.com, JAKARTA - Ruhut Sitompul tiba-tiba bicara soal nyali seorang Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika membahas tentang aksi unjuk rasa lanjutan oleh pihak yang menolak UU Cipta Kerja.
Ruhut meyakini aksi demonstrasi bakal menyasar Istana Merdeka itu cuma gertak sambal.
Apalagi sejumlah pentolan buruh menyampaikan tak ada aksi demo lagi karena mereka akan menempuh upaya hukum ke Mahkamah Konstitusi.
"Karena itu, kita tunggulah. Enggak ada itu (demo), cuma gertak sambal," ucap Ruhut saat berbincang dengan jpnn.com, Sabtu malam lalu (11/10).
"Ingat lho, Pak Joko Widodo itu, karena dia sipil saja, tapi kalau bicara nyali, keberanian, tidak ada yang bisa lawan," sambung politikus PDI Perjuangan itu.
Mantan anggota Komisi III DPR ini lantas mengisahkan penuturan almarhumah orang tua Presiden Jokowi, Sudjiatmi Notomihardjo mengenai nyali mantan wali kota Solo itu.
"Saya ingat sekali, ibunda, almarhum, di Solo cerita sama saya, saya sama Pak Luhut Binsar Panjaitan, dia bilang; "Mas Ruhut, Joko ini dari kecil enggak pernah ada takutnya untuk bicara kebenaran". Saya ingat sekali itu almarhumah ngomong begitu; Paling berani," ungkap Ruhut.
Karena itu, kata Ruhut, bisa dibayangkan bila Jokowi muda dulu ikut tes tentara, bukan di UGM, maka suami Iriana itu kemungkinan bakal masuk Kopassus, karena saking beraninya.
Politikus PDI Perjuangan Ruhut Sitompul berandai-andai Jokowi seorang militer, anggota Kopassus. ditambah ada Luhut Panjaitan dan Moeldoko.
- Heboh Isu Ijazah Palsu, Jokowi Bukan Satu-satunya Sasaran Tembak
- Utus Jokowi ke Pemakaman Paus, Prabowo Titipkan Pesan Khusus
- 5 Berita Terpopuler: Berita Bikin Panik Honorer, Ribuan CPNS 2024 Jadi Mengundurkan Diri, Waduh
- 5 Berita Terpopuler: Jangan Sepelekan Peringatan Ahli Hukum, Semua ASN Wajib Tahu, karena Sangat Mudah Memberhentikan PPPK
- Prabowo Utus Jokowi hingga Natalius Pigai Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus
- Soal Tuduhan Ijazah Palsu Kepada Jokowi, Pengamat: Kegagalan Memaknai Demokrasi dan Cara Beroposisi yang Sehat