Rumah Autis, Tampung Anak Berkebutuhan Khusus dari Kalangan Duafa

Dinding Tripleks Sering Jebol Ditendang Siswa

Rumah Autis, Tampung Anak Berkebutuhan Khusus dari Kalangan Duafa
M. Nelwan (satu dari kiri) dan Ismunawaroh (kanan) dalam sebuah acara Rumah Autis, di Bekasi. Foto: Dok. Rumah Autis for Jawa Pos
Ismunawaroh, salah seorang pendiri Rumah Autis, mencoba merendah. Dia menuturkan bahwa peran Nelwan juga tidak kalah penting sehingga Rumah Autis menjadi besar dan memiliki tujuh cabang seperti sekarang. Isti, sapaan Ismunawaroh, mengisahkan, sebelum terpikir olehnya untuk mendirikan Rumah Autis, dirinya dan Henny adalah terapis yang bekerja di sebuah klinik anak autis.

Di tempat tersebut, mereka kerap menyaksikan para orang tua miskin yang tidak mengikuti terapi karena tidak adanya biaya. "Kami lihatnya kasihan. Mereka ditolak karena nggak mampu. Padahal, ada orang tua yang sampai jual segalanya demi biaya terapi anaknya. Pekerjaan mereka cuma satpam atau buruh pabrik," ujar Isti.

 

Dari situ, Isti dan Henny punya ide untuk membuka tempat terapi bagi kaum duafa. Mereka pun menyampaikan gagasan tersebut kepada kawan mereka, Deka Kurniawan dan istrinya, Laeli Ulfiati. Gayung pun bersambut. Pasangan suami istri itu sangat setuju. Mereka berempat pun bahu-membahu mendirikan Rumah Autis.

 

Sebagai langkah awal, mereka membutuhkan tempat. Namun, mereka tidak juga mendapat tempat yang sesuai dengan kantong. "Karena nggak dapat tempat, akhirnya kami memakai rumah Pak Deka di Jatimakmur. Jadi, rumahnya disekat-sekat untuk ruang kelas," kenang Isti.

 

Banyak anak berkebutuhan khusus dari keluarga kurang mampu yang tak tertangani dengan baik. Tergerak melihat kondisi itu, beberapa orang mendirikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News