Rumah Autis, Tampung Anak Berkebutuhan Khusus dari Kalangan Duafa

Dinding Tripleks Sering Jebol Ditendang Siswa

Rumah Autis, Tampung Anak Berkebutuhan Khusus dari Kalangan Duafa
M. Nelwan (satu dari kiri) dan Ismunawaroh (kanan) dalam sebuah acara Rumah Autis, di Bekasi. Foto: Dok. Rumah Autis for Jawa Pos
Mereka pun harus rela hidup serba kekurangan. Karena Rumah Autis bersifat nirlaba, mereka tidak mendapat gaji. Yang mereka dapat hanya uang transpor. Untung, mereka masih memperoleh jatah makan siang dari Deka. Untuk menambah pemasukan, Henny dan Isti menjadi terapis privat. "Jadi, orang tua yang dulu sudah cocok sama kami waktu di klinik minta privat. Meski nggak banyak, itu bisa membantu, setidaknya sampai dua tahun," ujar Henny.

 

Di tengah keterbatasan tersebut, mereka berempat terus berupaya menyosialisasikan Rumah Autis kepada masyarakat. Usaha mereka terbantu berkat publikasi di salah satu stasiun televisi swasta. Sejak itu, makin banyak orang tua anak autis yang mendatangi tempat mereka.

Tidak hanya itu, beberapa donatur juga bermunculan meski belum banyak. Karena mulai kewalahan, Henny dan Isti mengajak teman-teman mereka sesama terapis untuk bergabung. Namun, sejak awal, keduanya menekankan bahwa mereka tidak digaji, hanya mendapat makan dan uang transpor.

"Dan ternyata susah. Kebanyakan masih mikir-mikir. Ada juga yang mau, tapi akhirnya keluar, ya karena masalah uang. Yang paling sedih, ketika kami sudah rutin mengadakan pelatihan setiap minggu untuk para terapis, eh, mereka keluar," jelas Isti.

 

Banyak anak berkebutuhan khusus dari keluarga kurang mampu yang tak tertangani dengan baik. Tergerak melihat kondisi itu, beberapa orang mendirikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News