Rumah Autis, Tampung Anak Berkebutuhan Khusus dari Kalangan Duafa

Dinding Tripleks Sering Jebol Ditendang Siswa

Rumah Autis, Tampung Anak Berkebutuhan Khusus dari Kalangan Duafa
M. Nelwan (satu dari kiri) dan Ismunawaroh (kanan) dalam sebuah acara Rumah Autis, di Bekasi. Foto: Dok. Rumah Autis for Jawa Pos
Diakui Isti dan Henny, profesi yang mereka jalani itu memang memiliki tingkat stres tinggi. Hampir setiap hari mereka menghadapi anak-anak autis yang hiperaktif. Bahkan, Isti sudah terbiasa ditendang, dicakar, digigit, hingga dibanting anak asuhannya. Tidak jarang pula perempuan 32 tahun itu harus berkali-kali ganti baju karena anak asuhannya mulai tantrum.

"Ada anak asuhan saya yang kalau tantrum sukanya memanipulasi dengan air kencing dan kotorannya. Karena itu, saya paham kalau banyak terapis di sini yang tidak bertahan. Mereka harus menghadapi anak-anak seperti ini, tapi uangnya tidak banyak," jelasnya.

 

Tidak hanya itu, karena belum mampu menyewa bangunan sendiri, kelas-kelas yang hanya disekat dengan tripleks itu sering jebol gara-gara ditendang anak-anak autis yang tengah mengikuti terapi. Media pembelajaran pun masih berebut. Sebab, jumlahnya sangat terbatas.

 

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Rumah Autis akhirnya berkembang. Semakin gencar sosialisasi yang dilakukan, semakin banyak pula orang peduli yang berdatangan. Sejumlah donatur perorangan dan lembaga bermunculan.

Banyak anak berkebutuhan khusus dari keluarga kurang mampu yang tak tertangani dengan baik. Tergerak melihat kondisi itu, beberapa orang mendirikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News