Rumah Merah

Oleh: Dahlan Iskan

Rumah Merah
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kecuali kelak. Ketika Jalan Karang Turi sudah dibangun dengan ciri khas yang kuat. Bukan sekadar diberi parit di pinggirnya –dan aspal sejlirit di tengahnya.

Atau lebih kelak lagi: ketika sudah ada jalan tol dari Semarang ke Kudus. Sambung ke Rembang. Sampai Surabaya.

Sementara ini Rudy hanya bisa banyak berharap. Namun, ia akan panjang umur –sabar menunggu harapan itu tiba: Lasem jadi pusat wisata penting.

Dengan sejarahnya, batiknya, dengan keunikannya. Juga, sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Indonesia –Gus Baha yang kini terkenal sebagai ulama besar itu keturunan Lasem.

Di Lasem-lah ada peninggalan infrastruktur penyelundupan candu di zaman itu. Yang lubangnya sampai ke sungai. Kini disebut Lawang Ombo.

Juga, ada Monumen Perang Kuning. Ketika warga Tionghoa dan Jawa bersatu melawan Belanda. Tahun 1700-an.
Ada pula kelenteng full dewa: Po An Bio. 

Begitu banyak bangunan peninggalan masa lalu. Besar dan kecil. Termasuk sampai ke dalam gang-gang sempitnya.
Dari banyak kekayaan itu, baru sedikit yang berhasil diselamatkan. Selebihnya masih seperti telantar. 

Terlalu mahal bagi Pemda Rembang –salah satu kabupaten termiskin di Jateng– untuk membangun keseluruhan Lasem.
Untungnya, Kementerian PUPR mulai turun tangan.

Batik Lasem juga dikenal sebagai batik pesisir utara. Coraknya lebih bebas dan lebih berwarna.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News