Rumah Semeru

Oleh: Dahlan Iskan

Rumah Semeru
Dahlan Iskan di lereng Lumajang. Foto: Disway

Cak Thoriq adalah mantan aktivis mahasiswa. Ia Presiden BEM IAIN Sunan Ampel Surabaya. Ia tokoh dalam gerakan mahasiswa di masa reformasi 1998.

Setelah reformasi selesai ia seperti kehilangan kesibukan. Apalagi kuliah pun sudah lulus: jurusan linguistik (Adab). Maka ia putuskan untuk kuliah S-2 linguistik di University of Malaysia di Kuala Lumpur. Belum ada jurusan itu di Pascasarjana IAIN.

Untuk membiayai kuliah ia mengajar ngaji di sana. Ia diminta mengajar membaca Al-Qur'an di tiga rumah. Yang diajar anak-anak asli Malaysia. Salah satunya mengajar juga orang tua si anak.

Namun, gaji mengajar di tiga rumah tidak cukup. Jauh dari keperluan. Maka Cak Thoriq putuskan: kerja di restoran. "Setidaknya saya bisa makan gratis," katanya mengenang.

Dua tahun Cak Thoriq kerja di resto yang jual sate di daerah Kajang, Selangor. "Sate Kajang itu terkenal sekali," katanya.

Lulus S-2 Cak Thoriq pulang. Inginnya jadi dosen. Tapi belum ada jadwal penerimaan dosen. Ia pun mengabdi di sekretariat DPP PKB di Jakarta. "Jadi tukang ketik," katanya.

Di situ ia mengenal banyak politisi puncak PKB. Lalu disetujui jadi caleg PKB untuk DPRD Jatim dari dapil kampung halamannya: Lumajang.

Waktu itu masih pakai nomor urut. Ia dapat nomor dua. Padahal PKB hanya akan mendapat 1 kursi dari Lumajang.

Saya juga melewatkan Land Rover ke deretan rumah yang menghadap sungai. "Wow. Indah sekali. River view," celetuk saya secara spontan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News