Rumit tapi Tak Ada Pilihan

Program Pembatasan dan Konversi BBM-BBG

Rumit tapi Tak Ada Pilihan
Rumit tapi Tak Ada Pilihan
JAKARTA–Pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi merupakan program yang rumit dan tidak mudah dijalankan. Hal ini diakui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik. ”Bisa berjalan 50 persen saja kita sudah senang, karena pembatasan BBM ini tingkat keruwetan tinggi,” kata Mantan Menteri Pariwisata ini.

Meski rumit, pemerintah tidak punya pilihan lain selain menjalankannya. Pembatasan BBM bersubsidi merupakan amanat pasal 7 ayat 4 Undang-Undang APBN 2012. Program yang akan dimulai 1 April 2012 di area Jawa-Bali ini diharapkan bisa menekan pembengkakan subsidi BBM yang bisa mencapai Rp 200 triliun per tahun.

Dalam pelaksanaannya, pemerintah akan mewajibkan seluruh kendaraan umum menggunakan bahan bakar gas (BBG). Kendaraan umum tidak boleh lagi menggunakan BBM jenis premium. Karenanya semua kendaraan umum bakal dilengkapi converter kit (alat tambahan yang digunakan pada mobil untuk mengalihkan bahan bakar dari BBM ke BBG).

Converter kit ini akan dibagikan secara gratis kepada seluruh kendaraan umum. Sedangkan untuk mobil pribadi, pemerintah menyiapkan dua pilihan. Pertama, mobil pribadi diperbolehkan menggunakan BBM asalkan yang non-subsidi seperti Pertamax dan Pertamax Plus. Pilihan kedua, mobil pribadi itu turut pindah ke BBG yang lebih murah dan tanpa menyedot subsidi. Tetapi mobil pribadi tidak bisa mendapatkan converter kit secara gratis. Di sinilah kerumitan dimulai.

JAKARTA–Pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi merupakan program yang rumit dan tidak mudah dijalankan. Hal ini diakui Menteri Energi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News