Rumitnya Mendesain Mata Uang Baru Rupiah

Mesti Telusuri Ahli Waris Pahlawan yang Beristri Sembilan

Rumitnya Mendesain Mata Uang Baru Rupiah
Hamid Ponco Wibowo menunjukkan gambar desain uang pecahan Rp 20.000. Foto : Ahmad Baidhowi/JAWA POS

Ponco menyebutkan, setidaknya terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan saat mendesain pecahan uang baru. Yakni, bahan uang, ukuran uang, warna uang, tema gambar, serta unsur pengaman.

Untuk bahan uang logam, BI dulu memilih bahan aluminium. Namun, bahan aluminium yang relatif lebih gampang terlihat kusam membuat BI memilih bahan lain. Karena itu, untuk pecahan baru Rp 1.000 edisi Juli 2010 yang bergambar angka 1.000 dan burung garuda di bagian muka serta gambar angklung di bagian belakang, BI mulai menggunakan nikkel plated steel sebagaimana uang logam di banyak negara lain. "Itu adalah baja yang dilapisi nikel sehingga mengkilap," katanya.

 

Bagaimana dengan bahan uang kertas? Tentu saja lebih rumit. Meski bahan dasarnya kertas dari kapas cotton, sejak sebelum dicetak pun, bahan sudah harus disiapkan, termasuk dilengkapi berbagai unsur pengaman.

 

BI pernah mengeluarkan uang pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000 dengan bahan plastik atau polimer. Namun, kini, di antara tujuh pecahan uang kertas, tidak ada lagi yang menggunakan bahan polimer. Alasannya, banyak di antara masyarakat yang menstaples uang. Akibatnya, uang berbahan polimer mudah sobek. Saat dimasukkan dalam mesin penghitung, uang sering menyangkut. "Karena itu, bahan polimer tidak digunakan lagi. Kalau berbahan kertas, lubang staples bisa tertutup," terang Ponco.

Menjelang Lebaran, uang cetakan baru dalam berbagai pecahan banyak beredar dan diburu masyarakat. Tapi, pernahkah Anda membayangkan bagaimana rumitnya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News