Rupiah Anjlok, Indeks Jeblok
jpnn.com - JAKARTA - Hasil Pemilihan Umum (Pemilu) mendapat reaksi negatif pasar. Ini terlihat dari merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG).
Manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai, penurunan IHSG hingga sebesar 3 persen tidak berkaitan dengan hasil penghitungan cepat hasil pemilihan umum (Pemilu) legislatif.
Direktur Utama BEI, Ito Warsito menilai, pergerakan indeks saham fluktuaktif merupakan sesuatu normal. "Indeks memang naik turun, kalau naik terus tidak normal," kata Ito kemarin.
Menurut Ito, pasar tidak kecewa dengan hasil penghitungan cepat pemilu. Pergerakan IHSG masih memiliki peluang untuk naik. Hal itu didukung dari pertumbuhan transaksi harian saham yang terus meningkat. "Saya tidak melihat pasar kecewa dengan quick count," ujar dia.
Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, reaksi pasar terhadap hasil Pemilu Legislatif 9 April masih wajar. Sebab, pelaku pasar masih menghitung prospek ekonomi Indonesia mendatang di bawah pemerintahan baru. "Kalau kondisi sudah pasti (terpilih pemerintahan baru), investor pasti masuk lagi," ujarnya di Jakarta kemarin.
Pendapat berbeda dikemukan ekonom Bank Danamon Anton Hendranata. Dia menilai, pasar bereaksi negatif terkait hasil Pemilu berdasarkan hitung cepat yang menempatkan PDI Perjuangan di posisi pertama dengan perolehan suara sekitar 19 persen.
Hasil tersebut di bawah ekspektasi pasar karena awalnya banyak survei memproyeksi PDI Perjuangan akan dominan dengan perolehan suara sekitar 27 persen. "Karena itu, terjadi koreksi pada rupiah, pasar saham, dan yield obligasi," ujarnya kemarin (10/4).
Nilai tukar berdasar Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor) yang dirilis Bank Indonesia (BI) menunjukkan, kemarin rupiah ditutup melemah 33 poin ke level Rp 11.342 per dolar AS (USD). Itu melanjutkan pelemahan setelah pada Senin (7/4) rupiah masih bertengger di posisi Rp 11.282 per USD.
Di lantai bursa, IHSG kemarin terjun bebas 155,67 poin atau turun 3,16 persen ke level 4.765,73. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan ada 273 saham turun, 62 saham naik, dan 90 saham diam tak bergerak. Pelemahan terjadi di semua sektor dengan dengan pelemahan paling tajam di sektor konstruksi yang turun 6,47 persen dan sektor basic industry yang drop 5,55 persen. Di sisi lain, yield obligasi dengan tenor 10 tahun tercatat naik ke posisi 7,81 persen.
Anton menyebut, koreksi yang terjadi pada rupiah, IHSG, dan yield obligasi tersebut masih termasuk koreksi yang sehat karena reaksi sesaat oleh pasar. Apalagi, pasar sudah bergerak ke arah yang lebih rasional dan lebih sedikit dipengaruhi sentimen (less sentiment-driven). "Jadi, kami memproyeksi koreksi ini hanya sementara," katanya.
Menurut Anton, meskipun hasil Pemilu Legislatif di bawah ekspektasi pasar, namun berjalan lancarnya Pemilu Legislatif serta proyeksi lancarnya Pemilu Presiden, diharapkan bisa memberi sentimen positif bagi pasar. "Hasil positif Pemilu akan mendorong kepercayaan pasar pada ekonomi Indonesia," ucapnya.
Karena itu, lanjut dia, Tim Riset Bank Danamon masih optimistis memandang perekonomian Indonesia. Hal itu ditunjukkan dari proyeksi nilai tukar rupiah pada akhir tahun yang ada di kisaran Rp 11.058 per USD.
Meski demikian, Anton menyebut jika fluktuasi jangka pendek bisa menekan rupiah ke level Rp 12.000-Rp 12.500 per USD. "Fluktuasi itu mungkin terjadi karena faktor musiman tingginya permintaan dolar AS pada periode Mei dan Juni," jelasnya. (owi/kim)
JAKARTA - Hasil Pemilihan Umum (Pemilu) mendapat reaksi negatif pasar. Ini terlihat dari merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan anjloknya
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi