Rupiah Bergejolak Sampai Maret
jpnn.com, JAKARTA - Kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan rupiah bertengger di level Rp 13.650 per dolar AS (USD), Selasa (27/2).
Angka tersebut menguat 0,06 persen dari perdagangan hari sebelumnya, Senin (26/2).
Rupiah diperkirakan masih mengalami guncangan hingga Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan suku bunga acuan.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan, secara year to date (ytd) volatilitas rupiah sepanjang 2018 berjalan 7–8 persen. Menurut dia, volatilitas itu masih wajar.
Faktor eksternal seperti membaiknya perekonomian AS serta kebijakan perpajakan di sana membuat mata uang USD menguat.
”Di AS ada tax policy yang memungkinkan pembiayaan dari fiskalnya harus ada pendanaan dan itu membuat banyak penerbitan surat utang dari sana. Hal tersebut membawa US treasury yield naik sampai di kisaran tiga persen,” ujarnya di sela-sela konferensi New Growth Models in A Changing Global Landscape di Jakarta, Selasa (27/2).
Naiknya yield atau imbal hasil surat utang AS itu berpotensi membuat dana-dana asing di Indonesia kembali ke AS.
Belum lagi risiko dari Fed fund rate yang saat ini sebesar 1,25–1,5 persen dan dikabarkan bakal naik hingga tiga, bahkan empat kali, dalam setahun.
Kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan rupiah bertengger di level Rp 13.650 per dolar AS (USD), Selasa (27/2).
- Donald Trump Menang, Indonesia Perlu Waspadai Fluktuasi Pasar
- Donald Trump jadi Presiden AS Alamat Bahaya Buat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
- Terdampak Kabar Aktivitas Bisnis Amerika, Rupiah Ditutup Ambrol 63 Poin
- Rupiah Ambruk 63 Poin, Prabowo Diminta Segera Berbenah
- Rupiah Ditutup Melemah 22 Poin, 'Kabinet Obesitas' jadi Faktor Pemicu
- Rupiah Hari Ini Terkerek Pelantikan Presiden Prabowo Subianto