Rupiah Hari Ini Ambrol, Bisa Lebih Parah?

USD menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), sehari sebelum bank sentral AS, Federal Reserve, akan memulai pertemuan kebijakan dua hari, sementara euro didorong oleh data inflasi tinggi yang tidak terduga menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (2/2).
Indeks USD yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,35 persen menjadi 102,2850.
Investor yakin Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (1/2), diikuti sehari setelahnya dengan kenaikan setengah poin dari Bank Sentral Inggris (BoE) dan Bank Sentral Eropa (ECB), dan setiap penyimpangan dari perkiraan tersebut akan menjadi kejutan nyata.
Namun, Ariston menuturkan penguatan rupiah bisa terbantu oleh mulai menggeliatnya perekonomian China. Pagi ini survei aktivitas manufaktur dan non manufaktur China Januari 2023 menunjukkan aktivitas yang bertumbuh, berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya yang menunjukkan kontraksi.
"Ini selaras dengan ekspektasi pasar sebelumnya bahwa potensi resesi perekonomian global mungkin tidak seburuk yang diperkirakan sebelumnya," tuturnya.
Perjalanan liburan Tahun Baru Imlek di China melonjak 74 persen dari tahun lalu setelah pihak berwenang membatalkan pembatasan perjalanan akibat COVID-19, lapor media pemerintah pada Sabtu (28/1).
Ariston memperkirakan pergerakan rupiah hari ini ke arah Rp 14.940 per USD, dengan resisten di kisaran Rp 15.000 per USD.(antara/jpnn)
Nilai tukar rupiah hari ini dibuka merosot cukup dalam menjelang pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul
- Analis Sebut Kans Ekonomi Indonesia Alami Perkembangan Progresif
- Makin Anjlok, Kurs Rupiah Tembus Rp 16.588 Per USD
- Ekonom Asing Sambut Baik Susunan Pengurus Danantara
- Breaking News: Investor Frustrasi, Rupiah Tembus Rp 16.620
- Ada Apa di Balik Lonjakan Harga Emas?
- Persiapan Arus Mudik Lebaran 2025, Herman Deru Resmikan 4 Jembatan