Rupiah Melemah, Kinerja Ekspor Terdongkrak
Tony: Sulit Kembali ke Rp 9.000-an/ USD
Senin, 15 Desember 2008 – 07:45 WIB
SURABAYA - Melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS (USD) seharusnya tak perlu dirisaukan. Ada sisi positif juga. Kurs rupiah yang lemah berpotensi untuk mendorong kinerja ekspor. Chief Economist Bank BNI Tony Prasetiantono mengatakan, ketika di kisaran Rp 9 ribu per USD, rupiah sebenarnya terlalu kuat. Akibatnya, orang menganggap impor masih murah. Ini bisa dilihat dari lonjakan impor nasional yang meningkat tajam.
Tak pelak, surplus neraca perdagangan selama sembilan bulan pertama 2008 hanya USD 9 miliar. Padahal pada sepanjang 2006 dan 2007, surplus bisa mencapai USD 40 miliar. "Karena itu, rupiah perlu sedikit terdepresiasi," kata Tony.
Baca Juga:
Tingginya impor, kata Tony, juga akan membahayakan cadangan devisa dan neraca perdagangan Indonesia. Sebagai gambaran, saat ini cadangan devisa sudah tergerus menjadi USD 30 miliar dari sebesar Rp USD 60 miliar.
Kata Tony, rupiah bisa disebut overvalued jika berada di kisaran Rp 9.200 per USD. Idealnya, dengan inflasi Indonesia yang 12 persen dan AS hanya lima persen, kurs seharusnya terdepresiasi. Apalagi mata uang utama dunia lainnya seperti euro (EUR), poundsterling (GBP), dan dolar Australia (AUD) juga mulai melemah setelah menguat terlalu tajam terhadap USD. Kurs yang ideal adalah di atas Rp 10 ribu dan di bawah Rp 13 ribu per dolar AS.
SURABAYA - Melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS (USD) seharusnya tak perlu dirisaukan. Ada sisi positif juga. Kurs rupiah yang lemah berpotensi
BERITA TERKAIT
- Anak Angker Wajib Tahu, Ada Kabar Terbaru di Stasiun Karet
- Ada Faktor Cuan, yang Bikin Alot Negosiasi Pemerintah dengan Apple
- Ini Biang Kerok Kenaikan Harga MinyaKita
- AFPI Dukung OJK untuk Memperkuat Pengaturan Pindar
- Agentforce 2.0 jadi Platform Karyawan Digital yang Menghadirkan Workforce Tanpa Batas
- BSI Bangun Gedung Berkonsep Ramah Lingkungan di Bogor