Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu, Cermin Ketidaksiapan Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi

Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu, Cermin Ketidaksiapan Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Senin pagi di Jakarta melemah sebesar 251 poin atau 1,51 persen menjadi Rp 16.904 per USD. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Satu hal yang pasti yaitu depresiasi Rupiah yang terpuruk tersebut menunjukan kinerja Bank Indonesia yang buruk dan seharusnya dievaluasi karena sejumlah kebijakannya berbiaya besar, tetapi tidak efektif.

Kerapuhan Domestik: Defisit Transaksi Berjalan dan Utang yang Tak Terkendali

Para pendukung otoritas keuangan mungkin ingin menyalahkan Donald Trump dan perang dagang AS-China, tetapi akar masalahnya ada di dalam negeri.

Defisit transaksi berjalan Indonesia pada 2025 diprediksi membengkak di angka 1,18 persen-2,3 persen PDB, lebih tinggi daripada Vietnam yang diprediksi surplus (2,7 persen, prediksi IMF) dan India defisit (1,2 persen prediksi ICRA).

Defisit ini terutama dipicu oleh ketergantungan impor yang kronis di sektor retail, manufaktur dan energi.

Padahal, sejak 2020, BI dan pemerintah telah diingatkan untuk mempercepat industrialisasi dan diversifikasi energi.

Namun, nyatanya, impor minyak mentah Indonesia justru naik 15 persen pada 2024, sementara ekspor manufaktur non-migas tumbuh, tetaoi tidak begitu signifikan.(mcr10/jpnn)

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Senin pagi di Jakarta melemah sebesar 251 poin atau 1,51 persen menjadi Rp 16.904 per USD


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News