Rupiah Pagi Ini Melemah Menjadi Rp 14.173, Bersamaan Jatuhnya Kurs Dolar AS
jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah 1 poin atau 0,01 persen menjadi Rp 14.173 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya di level Rp 14.172 per dolar AS.
Sementara itu, kurs dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena data penjualan ritel AS yang mengalami penurunan.
Data tersebut melukiskan gambaran suram ekonomi dan mendukung kasus penurunan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve.
Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,30 persen pada 97,998.
"Ekonomi AS memang menunjukkan pelemahan lebih lanjut, membenarkan pemangkasan suku bunga oleh Fed," kata Marc-André Fongern, ahli strategi di MAF Global Forex di Frankfurt.
Adapun kurs tengah mata uang China, renminbi atau yuan, jatuh 43 basis poin menjadi 7,0789 terhadap dolar AS, pada Kamis, memperpanjang penurunan sehari sebelumnya, menurut Sistem Perdagangan Valuta Asing China (CFETS).
Di pasar spot valuta asing China, yuan diperbolehkan naik atau turun sebesar dua persen dari tingkat paritas tengahnya setiap hari perdagangan.
Kurs spot dalam negeri yuan China, mengakhiri sesi domestik di posisi 7,1030 per dolar AS, penutupan terlemah sejak 10 Oktober, setelah Beijing mengkritik undang-undang baru AS yang mendukung protes pro-demokrasi di Hong Kong. (antara/jpnn)
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah 1 poin atau 0,01 persen menjadi Rp 14.173 per dolar AS.
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha
- Rupiah Anjlok Lagi, Per USD Tembus Rp 16.313
- Investor Ketar-Ketir soal Perang Dagang, Rupiah Hari Ini Ditutup Ambruk 58 Poin
- Rupiah Hari Ini Makin Ambyar Terpengaruh IHK Amerika
- Sentimen Negatif Trump Bikin Rupiah Hari Ini Ambrol 62 Poin
- Efek Pemangkasan Suku Bunga The Fed, Rupiah Hari Ini Cerah
- Rupiah Ditutup Melemah 22 Poin, 'Kabinet Obesitas' jadi Faktor Pemicu