Rupiah Terombang-ambing Terhadap USD, BI Bilang Begini
jpnn.com, JAKARTA - Kurs rupiah terhadap USD terus terombang-ambing. Mata uang Garuda ditutup melemah 63 poin atau 0,4 persen ke posisi Rp 15.663 per USD pada Kamis sore (17/11).
Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan depresiasi nilai tukar rupiah relatif lebih baik dibandingkan sejumlah negara lain di kawasan.
Nilai tukar rupiah sampai dengan 16 November 2022 terdepresiasi 8,65 persen (year-to-date/ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021.
"Sementara depresiasi mata uang Korea Selatan tercatat sebesar 10,30 persen (ytd) dan Filipina 11,1 persen (ytd)," ujar Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan November 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.
Perry membeberkan kuatnya USD dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global memberikan tekanan pelemahan nilai tukar hampir seluruh mata uang dunia, termasuk nilai tukar rupiah.
Indeks nilai tukar USD terhadap mata uang utama (DXY) tercatat berada di level 106,28 pada 16 November 2022 atau mengalami penguatan sebesar 11,09 persen (ytd) selama 2022.
USD sangat kuat karena didorong oleh pengetatan kebijakan moneter yang agresif di AS dan penarikan modal dari berbagai negara ke AS, di tengah melemahnya ekonomi dan tingginya inflasi di Eropa.
Ditambah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global berlanjut hingga saat ini. Aliran keluar investasi portofolio asing menambah tekanan nilai tukar di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kurs rupiah terhadap USD terus terombang-ambing. Rupiah ditutup melemah 63 poin atau 0,4 persen ke posisi Rp 15.663 per USD
- Rupiah Makin Ambyar Terdampak Kebijakan Donal Trump
- Rupiah Hari Ini Menguat Tipis, tetapi Masih Rp 16 Ribuan
- BI Pangkas Suku Bunga Acuan, Legislator Komisi XI: Sinyal Positif Bagi UMKM
- Gegara Ini, Kurs Rupiah Diramal Sulit Bangkit
- Inilah Anggota DPR yang Diduga Terlibat Kasus Dana CSR BI
- Ini Penyebab Rupiah Lesu Terhadap Dolar AS