Rupiah Terperosok, Inflasi Mengancam

Rupiah Terperosok, Inflasi Mengancam
Rupiah Terperosok, Inflasi Mengancam
Terdepresiasinya rupiah memang sebagai akibat berkurangnya pasokan dolar AS. Itu karena investor asing menarik dana USD-nya ke luar negeri, baik untuk pribadi maupun korporasi. Kondisi itu diperparah oleh makin sulitnya pendanaan USD dari pasar luar negeri karena lembaga keuangan di tingkat global sedang berkonsentrasi menyelesaikan masalah likuiditas valas mereka.

Ekonom dan anggota Komisi Keuangan DPR RI Dradjad H. Wibowo mengatakan, otoritas mesti waspada terhadap aksi spekulan yang hanya memperkeruh kondisi pasar uang nasional. Karena itu, jelas dia, bank sentral harus melakukan evaluasi dan pengawasan yang ketat. Apalagi, BI baru saja membuat kebijakan untuk memperlonggar likuiditas valas. "Perlu dimonitoring bagaimana operasi bank-bank yang ikut memainkan valas," katanya.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu mengatakan pelemahan nilai tukar tidak hanya terjadi pada rupiah, namun telah menjangkit secara regional. Anggito mengatakan fundamental ekonomi masih cukup bagus, ditunjukkan dengan pertumbuhan yang masih di atas 6 persen. Ini juga ditunjang dengan cadangan devisa yang cukup kuat dan industri perbankan yang sehat. "Jadi secara fundamental tidak ada yang mesti dirisaukan. Tidak ada perubahan apa-apa yang cukup signifikan," kata Anggito kemarin (27/10).

Indonesia tidak bisa sendirian dalam menghadapi terpaan krisis keuangan global. Ini karena hampir semua negara mengalami koreksi terhadap mata uangnya. "Sekarang tetap kita lakukan reform saja. Jadi untuk BI, akan menjaga keseimbangan baru ini," kata Anggito. Solusi bersama dilakukan melalui ASEAN plus 3 maupun dengan negara-negara G-20.

KURS dolar AS (USD) terus menguat terhadap rupiah. Dalam perdagangan Senin (27/10), nilai tukar rupiah terperosok tajam di posisi Rp10.749 per USD.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News