Rupiah Terperosok, Inflasi Mengancam
Selasa, 28 Oktober 2008 – 14:24 WIB
Indonesia juga belum berminat menerapkan sistem devisa terbatas. Menurut Anggito, yang terpenting saat ini adalah perbaikan pengawasan dan pengendalian terhadap valuta asing. "Yang kita lakukan ada monitoring, pengawasan, pendendalian yang lebih baik. Bagaimana orang beli dolar biar tidak untuk spekulasi," kata Anggito.
Direktur Eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika mengatakan, pelemahan rupiah berpotensi membuat harga barang-barang impor menanjak. Operasional perusahaan-perusahaan yang menggunakan valas juga bisa membengkak. Selain itu, perusahaan di Indonesia yang punya utang berdenominasi USD tentu nilai utangnya akan ikut membesar. "Semua itu berpotensi mempersulit gerak dunia usaha, yang muaranya bisa menyebabkan inflasi," ujar doktor ekonomi lulusan Goettingen University, Jerman, itu. (sof/eri)
KURS dolar AS (USD) terus menguat terhadap rupiah. Dalam perdagangan Senin (27/10), nilai tukar rupiah terperosok tajam di posisi Rp10.749 per USD.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Soal Dampak Green Bond, BNI Bisa Jadi Contoh dan Acuan Bagi Sektor Perbankan di Indonesia
- Pemkot Kupang Dorong Kemudahan Investasi untuk Penyerapan Tenaga Kerja
- Selamat! Dirut SIG Raih Top CEO Indonesia Awards 2024
- Garudafood Dorong Ekonomi Inklusif, Berdayakan UMKM
- Grab Berkolaborasi dengan TikTok Hadirkan Program Seru di Jakarta
- Waspada Efek Luar Biasa dari Kenaikan PPN 12 Persen