Rupiah Terus Melemah, Ekonom Prediksi Hal Ini Akan Terjadi di Tahun Depan

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai pelemahan rupiah sangat berisiko.
Sebab, pelemahan tersebut akan memicu imported inflation, tambahan inflasi akibat selisih kurs, dan melemahkan daya beli kelompok menengah.
"Pelemahan kurs rupiah menjadi beban terhadap pembayaran bunga utang luar negeri. Beban bunga utang per tahun Rp 400 triliun akan meningkat tajam tahun depan,” ujar Bhima saat dikofirmasi, Selasa (27/9).
Selain itu, larinya modal asing bisa menekan sektor keuangan dan mempersulit pembiayaan perusahaan di dalam negeri.
"Perbankan akan lebih berhati-hati, bahkan saat ini laju kredit perbankan sedang dalam tahap pemulihan," ungkapnya.
Selain itu, Bhima menjabarkan faktor-faktor pelemahan kurs rupiah antara lain kekhawatiran terhadap keluarnya modal asing akibat kenaikan Fed rate sebesar 75 bps yang memicu investor mengalihkan aset yang berisiko ke safe haven.
Kemudian, indeks dolar yang menguat di atas level 111 menunjukkan instrumen investasi berbasis dolar sedang diminati.
Menurut Bhima, The Fed sangat agresif untuk mengendalikan inflasi, hal itu justru mengindikasikan resesi ekonomi secara global akan terjadi lebih cepat daripada yang diperkirakan.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai pelemahan rupiah sangat berisiko.
- Tak Risau, Sri Mulyani Sebut Rupiah Sejalan dengan Perekonomian Domestik
- Nilai Tukar Rupiah Melemah, HPM Optimistis Bisa Jaga Harga Mobil
- Rupiah Ditutup Menguat Jadi Sebegini
- Rupiah Berpeluang Menguat Lagi Hari Ini, Begini Kata Analis
- Rupiah Mulai Bangkit, Akankah Terus Berlanjut?
- Gawat, Kurs Rupiah Hari Ini Melemah Lagi, jadi Rp 16.911 Per USD