Rusia Bunuh 500 Warga Sipil di Ukraina, Senjata China Ikut Berkontribusi?
jpnn.com, WASHINGTON DC - Rusia telah meminta bantuan peralatan militer China sejak invasi 24 Februari ke Ukraina, Financial Times dan Washington Post melaporkan pada hari Minggu, mengutip pejabat AS.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan akan berada di Roma pada hari Senin untuk bertemu dengan diplomat top China Yang Jiechi, Gedung Putih mengatakan sebelumnya.
Rusia, yang menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus", dan China telah mempererat kerja sama karena mereka mendapat tekanan kuat Barat atas hak asasi manusia dan serangkaian masalah lainnya.
Beijing tidak mengutuk serangan Rusia dan tidak menyebutnya sebagai invasi, tetapi telah mendesak solusi yang dinegosiasikan.
Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menolak berkomentar.
The Washington Post mengatakan para pejabat AS yang tidak disebutkan namanya itu tidak menyebutkan jenis persenjataan yang diminta atau bagaimana tanggapan China.
Menurut data terakhir, konflik di Ukraina sudah membunuh 500 lebih warga sipil dan melukai ribuan lainnya. Di antara korban tewas akibat serangan Rusia, ada puluhan anak-anak tak berdosa. (reuters/dil/jpnn)
Nyawa 500 warga sipil, termasuk puluhan anak-anak, tewas akibat serangan Rusia, benarkan senjata buatan China juga digunakan?
Redaktur & Reporter : Adil
- Joe Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS untuk Serang Rusia
- Invasi Rusia Makin Brutal, Pengamat Soroti Penderitaan Warga Sipil Ukraina
- Eropa Memanas! Finlandia & Swedia Dukung Ukraina Menginvasi Rusia
- Melompat Setinggi 2 Meter, Gadis Ukraina Raih Emas Olimpiade Paris 2024
- Sikap Indonesia Tegas: Serangan Rusia Melanggar Hukum Internasional!
- Minta Bantuan Lagi, Zelenskyy Sebut Ukraina Butuh 128 Unit F-16 untuk Tandingi Rusia