Rusia Mengejar Cuan, Jutaan Manusia Terancam Mati Kelaparan

Kepala Bantuan PBB Martin Griffith menyebut langkah Rusia keluar dari kesepakatan pangan sebagai "sangat mengecewakan".
"Bagi 362 juta manusia langkah itu bukan masalah kesedihan atau kekecewaan: Ini menyangkut hal yang mengancam masa depan mereka, anak-anak mereka dan keluarga mereka," kata Griffith.
"Mereka tidak sedih, tapi marah. Mereka khawatir, mereka gelisah. Beberapa akan kelaparan, beberapa akan sangat kelaparan, mungkin banyak yang mati akibat keputusan Rusia ini," kata dia lagi.
Griffith memohon Dewan Keamanan agar melakukan segala upaya untuk memulihkan kesepakatan pangan Laut Hitam.
Perjanjian itu ditandatangani di Istanbul pada Juli tahun lalu oleh Rusia, Ukraina, Turki dan PBB.
Perjanjian itu menciptakan koridor aman melewati Laut Hitam untuk ekspor dari tiga pelabuhan Ukraian yang sempat terhenti sejak perang mulai pada Februari 2022.
Kesepakatan itu turut mengendalikan harga pangan yang melonjak dan meredakan krisis pangan global dengan memulihkan aliran gandum, minyak bunga matahari, pupuk, dan produk lainnya dari Ukraina yang merupakan salah satu eksportir produk pangan biji-bijian terbesar di dunia.
Moskow telah menolak memperpanjang perjanjian itu dengan alasan poin-poin yang merupakan tuntutan Rusia tidak pernah diterapkan.
Bagi 362 juta manusia, keputusan Rusia adalah ancaman serius terhadap masa depan mereka dan keluargany
- Kaya Gila
- Polisi Kejar 8 Perampok WN Ukraina di Bali, Kerugian Capai Rp3,4 M
- WNA Rusia Merampok Rp 3,4 Miliar Milik Bule Ukraina di Bali
- Ukraina Tunjukkan Komitmen Transparansi dan Akuntabilitas di Tengah Invasi Rusia
- Trump Sesumbar Bakal Membereskan Perang di Ukraina, Menlu Amerika: Ini Sulit
- Ukraina & Suriah Perkuat Hubungan Diplomasi Kemanusiaan di Tengah Invasi Rusia