Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
Pemerintah Australia yakin Rusia dan Tiongkok juga semakin fokus pada semakin kuatnya kehadiran militer AS di Darwin dan Wilayah Utara.
'Tidak diterima di kawasan kami'
Pemimpin Oposisi Australia Peter Dutton mengatakan akan menjadi "kegagalan hubungan diplomatik yang fatal" jika pemerintah Australia tidak mendapat "peringatan sebelumnya" tentang permintaan tersebut sebelum dipublikasikan.
"Ini adalah perkembangan yang sangat, sangat meresahkan dan dugaan bahwa entah bagaimana Rusia akan memiliki beberapa aset mereka yang berbasis di Indonesia hanya dalam jarak yang dekat dari, tentu saja, bagian utara negara kita," kata Peter.
"Kita perlu memastikan pemerintah menjelaskan dengan tepat apa yang telah terjadi di sini."
Ketika ditanya apa "pesannya" kepada Presiden Putin, Peter menjawab: "ia [Rusia] tidak diterima di kawasan kami."
"Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan orang Indonesia. Saya sudah bertemu dengan presiden, baik saat ia menjadi menteri pertahanan maupun saat ia menjadi presiden terpilih … Prabowo adalah teman baik Australia," katanya.
"Namun pesan saya kepada Presiden Putin adalah kami tidak memiliki nilai-nilai yang sama dengan Presiden Putin, dan kami tidak menginginkan kehadiran militer dari Rusia di wilayah kami."
PM Anthony Albanese tidak mengatakan kapan pemerintah mengetahui tentang permintaan yang dilaporkan tersebut tetapi mengatakan mereka masih menggali informasi.
Sebuah situs militer Amerika Serikat melaporkan Rusia secara resmi sudah memohon Indonesia untuk menempatkan pesawat Rusia di pangkalan udara di kawasan Papua, Indonesia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Tolak Pangkalan Militer Asing, Eks Sesmilpres: Melanggar Konstitusi
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya
- Gus Sholeh: Indonesia Butuh Generasi untuk Masa Depan yang Gemilang dan Cerah
- Benci Tapi Rindu Asing: Tradisi Lama Warisan Orde Baru?
- Benci Tapi Rindu Asing: Tradisi Lama Warisan Orde Baru?