Rusia Segera Alirkan Kembali Gas ke Eropa
Selasa, 13 Januari 2009 – 00:57 WIB

PERIKSA TEKANAN : Seorang anggota tim pengawas gas internasional tengah melakukan pemeriksaan tekanan pipa gas di Sudzha, Rusia. Pengawas internasional datang ke Rusia untuk memastikan aliran gas ke Eropa bisa dibuka lagi. Foto : REUTERS
MOSKOW – Krisis gas di kawasan Eropa, terutama Uni Eropa (UE), segera berakhir. Ini jika Ukraina bersedia memenuhi sejumlah persyaratan yang diajukan Rusia dalam perjanjian transit gas kedua belah pihak. Kabar menggembirakan ini disampaikan Jubir Perdana Menteri (PM) Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov. Karena itu, kedua belah pihak perlu meneken ulang kesepakatan transit gas tersebut. ”Kami sudah menerima informasi bahwa perjanjian transit gas itu sudah diteken ulang oleh Kiev,” tandas politikus 41 tahun tersebut kepada Reuters.
”Gazprom (perusahaan gas milik Rusia) siap menyuplai gas kembali. Tentu saja setelah Ukraina meneken kesepakatan transit gas,” ujar Peskov dalam wawancara telepon dengan Agence France-Presse kemarin (12/1). Kesepakatan tersebut, lanjut dia, merupakan perjanjian yang kedua. Sebab, Rusia menganulasi kesepakatan pertama yang sudah diteken kedua belah pihak.
Baca Juga:
Anulasi itu, kata Peskov, dilakukan karena Ukraina melampirkan sebuah pernyataan yang oleh Kiev disebut deklarasi dalam kesepakatan tertulis tersebut. Fakta bahwa hanya wakil PM Ukraina dan wakil pimpinan Naftogaz (perusahaan gas milik Ukraina) yang menandatangani kesepakatan tersebut, juga membuat Moskow kecewa. Idealnya, kesepakatan penting itu diteken PM Ukraina Yulia Thymoshenko dan bos Naftogaz Oleg Dubina.
Baca Juga:
MOSKOW – Krisis gas di kawasan Eropa, terutama Uni Eropa (UE), segera berakhir. Ini jika Ukraina bersedia memenuhi sejumlah persyaratan yang
BERITA TERKAIT
- Gempa M 7,2 Melanda Lepas Pantai Papua Nugini
- Gempa Myanmar, Korban Meninggal Dunia Mencapai 3.301 Orang
- Tornado Menyapu Amerika, 55 Juta Jiwa Terancam
- Trump Berulah, Macron Desak Perusahaan Prancis Setop Berinvestasi di Amerika
- Kanselir Jerman Sebut Donald Trump Merusak Tatanan Niaga Global
- Lebih dari 3.000 Orang Tewas Akibat Gempa Myanmar