Rusuh SARA Tanjungbalai Bukan Hal Baru, Polri Harus Tahu

Selain itu, Neta juga mengisahkan kerusuhan bernuansa SARA di Tanjungbalai yang pernah terjadi pada 3 Maret 1946. Kala itu puluhan orang tewas.
Korbannya adalah keluarga Kesultanan Asahan dan warga keturunan Tionghoa. Kerusuhan itu lantas menjalar tanpa kendali ke berbagai daerah di Sumatra Utara, bahkan hingga ke Tanjungpura, Langkat.
Karenanya Neta mengingatkan Polri agar berbagai kerusuhan dan amuk massa bernuansa SARA benar-benar bisa menjadi pembelajaran bagi Polri. Jika tidak ada antisipasi, katanya, maka rusuh SARA di Tanjungbalai akan terus terulang.
“Jajaran kepolisian harus memiliki kepedulian yang tinggi dan jangan membiarkan aksi mafioso berkembang, sehingga warga tertekan. Kalau ini terjadi amuk massa berbau SARA, akan menjadi rutinitas di Tanjungbalai," pungkasnya.(fas/jpnn)
JAKARTA - Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane menyatakan, Polri harus benar-benar bisa meredam kerusuhan benuansa suku, agama,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Pegadaian Peduli, Beri Kenyamanan Beribadah di 50 Masjid Dengan Karpet Bersih
- TASPEN Rayakan 62 Tahun Penuh Kepedulian, Beri Bantuan Kursi Roda ke Peserta Pensiun
- AMDK di Bawah Seliter Bernilai Ekonomi & Mudah Didaur Ulang
- Momen Hari Kartini, Andini Anissa Jadi Perempuan Pertama Peraih Gelar Kubestronaut
- Kiprah Kartini Hulu Migas Membangun Ketahanan Energi untuk Negeri
- Bantu Nelayan, HNSI Dorong Pemerintah Pakai Teknologi Alternatif