Rwanda Mengenang Neraka 25 Tahun Lalu
jpnn.com, KIGALI - Minggu (7/4) adalah peringatan seperempat abad pembantaian di Rwanda. Negara tersebut masih berduka. Namun, sisa-sisa kengerian hampir sirna.
Anak-anak yang kehilangan orang tuanya selama konflik sudah mulai dewasa. Mereka belajar berdamai dengan masa lalunya. Modernisasi Rwanda mulai terasa.
Satu per satu pemberontak Hutu, anggota Democratic Forces for the Liberation of Rwanda (FDLR), yang dulu melarikan diri juga pulang. Mereka kini tinggal di kamp di Mutobo, sekitar 100 kilometer dari Kigali.
Pada November tahun lalu, ada 1.563 mantan FDLR yang pulang. Namun, para pemimpin pembantaian tetap tidak bisa bebas dari jerat kesalahan. Peradilan tetap berjalan. (sha/c14/dos)
Fakta Kengerian Itu...
6 April 1994 pesawat yang membawa Presiden Rwanda Juvenal Habyarimana dan Presiden Burundi Cyprien Ntaryamira ditembak jatuh, seluruh penumpang tewas. Dua petinggi itu beretnis Hutu. Etnis Tutsi dituding sebagai pelaku. Aksi pembantaian dengan motif balas dendam dimulai.
KTP penduduk Rwanda kala itu disertai keterangan etnis. Hal tersebut memudahkan pembantaian etnis Tutsi. Pemberontak Tutsi yang tergabung di Rwandan Patriotic Front (RPF) balas membantai orang Hutu.
200 ribu orang diperkirakan terlibat pembantaian.
Besok, Sabtu (5/5) adalah peringatan seperempat abad pembantaian di Rwanda. Negara tersebut masih berduka. Namun, sisa-sisa kengerian hampir sirna.
- Iran Bersumpah Hancurkan Israel Bila Diserang
- YKMI Ingatkan Publik, Genosida Israel di Gaza Palestina Belum Berakhir
- Rwanda Sepakat dengan Sikap Indonesia Terkait Konflik Israel-Palestina
- Bela Palestina, Majelis Ormas Islam Serukan Lawan Genosida di Area CFD Jakarta
- Anggota DPR Ini Menyoroti Serangan Israel ke Palestina, Singgung soal Genosida
- Di Depan Pimpinan ASEAN & Australia, Jokowi Serukan Setop Genosida Palestina