Saat Ini Momentum Terbaik untuk Reshuffle
Eep: SBY Bisa Pangkas 15 Persen Komposisi Koalisi
Sabtu, 23 Oktober 2010 – 18:38 WIB
Tantangannya, sambung dia, apakah reshuffle itu sekadar pencitraan atau benar-benar menjadi sarana perbaikan pemerintahan ke depan. "Saya berharap pilihannya yang kedua," tegas pria kelahiran Cibarusah, Bekasi, 13 November 1967, tersebut.
Eep mengatakan, presiden harus konsisten menggeser menteri yang kinerjanya terbukti paling rendah. Selanjutnya, mendatangkan orang baru yang bukan hanya representatif secara politik, tapi juga bisa memberikan jaminan bahwa di tangannya suatu kementerian akan menjadi lebih baik.
"Kalau presiden mau me-reshuffle kabinetnya, sebaiknya bicarakan saja sejak awal secara terbuka hasil evaluasi terhadap menteri-menteri itu," saran Eep. Dia mengingatkan bahwa presiden sudah memiliki instrumen formal, yakni Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) yang diketuai Kuntoro Mangkusubroto. "Tapi, pada akhirnya, ini hak prerogatif presiden. Kita tidak bisa memaksa presiden melakukan apa yang dia tidak mau atau tidak dia kehendaki," tuturnya.
Terkait dengan isu merapatnya PDIP ke SBY, dia berpendapat bahwa komposisi koalisi saat ini sudah lebih dari cukup. Untuk membuat presiden bekerja lebih baik, pilihannya justru memperkecil jumlah partai yang ikut berkoalisi, bukan memperbesar.
JAKARTA - Berbagai persyaratan yang menjadi prakondisi reshuffle kabinet saat ini sudah terpenuhi. Pengamat politik Eep Saefulloh Fatah mengemukakan
BERITA TERKAIT
- Polisi Tembak Mati Siswa SMKN 4 Semarang, Keluarga Korban Lapor ke Polda Jateng
- Begini Nasib Aipda R, Polisi yang Tembak Mati Siswa SMKN 4 Semarang
- Kalah di Quick Count, Ridwan Kamil Masih Tunggu Hasil dari KPU
- Siswa SMK Tewas Ditembak Polisi, Menteri HAM Bereaksi Begini
- Keluarga Siswa SMK yang Tewas Ditembak Polisi Mengadu ke Polda Jateng
- 8 Rekomendasi IAGL–ITB untuk Kemandirian Energi & Minerba, Dany Amrul Dorong Peran Kampus