Saat Menjabat Presiden, Bung Karno Pernah Merasa Begini Lho...

Misal, "menggeledahi toko-toko kesenian, melihat-lihat benda yang akan dikumpulkan, lalu menawarnya. Ke mana pun aku pergi, rakyat berkumpul berbondong-bondong," ungkapnya.
Kemudian, "di masa kecilku aku telah mengelilingi Pulau Jawa dengan sepeda. Sekarang perjalanan semacam ini tidak dapat kulakukan lagi, karena tentu tidak sedikit orang yang akan mengikutiku."
Lain waktu, muncul perasaan ingin terlepas dari berbagai persoalan. Sesaat ingin merasakan irama denyut jantung tanah air.
Maka, Bung Karno pun duduk seorang diri di beranda Istana Merdeka.
Beranda itu, Bung Karno menggambarkan, setengah tertutup dengan layar untuk menghambat panas dan cahaya matahari.
Perabotnya terdiri dari kursi rotan yang tidak dilapis dan tidak dicat. Ada meja beralas kain batik halus.
"Suatu keistimewaan yang kuperoleh karena jabatan tinggi adalah sebuah kursi yang menyendiri pakai bantal. Itulah yang dinamakan "kursi presiden". Dan aku duduk di sana. Merenung."
Ada tanda petik untuk kata kursi presiden. Entah apa maksudnya. Sarkas barangkali.
BUNG Karno menjadi Presiden Indonesia pada 18 Agustus 1945--sehari setelah proklamasi. Di samping hiruk-pikuk revolusi yang tak kunjung selesai,
- Serangan Umum 1 Maret, Klaim & Versi (daripada) Soeharto
- Bangsa Pelupa dan Pemaaf, Sebuah Refleksi Tentang Karakter Kolektif Indonesia
- Sejarah Etnik Simalungun dan Kepahlawanan Rondahaim Saragih
- Prabowo Singgung Politikus Senior dan Diplomat, Presiden India Ungkit soal Bung Karno
- Tuduhan Bung Karno Pengkhianat Dicabut, Megawati Berterima Kasih ke Rakyat dan Prabowo
- TAP MPRS Terkait Bung Karno Dihapus, Megawati: Terima Kasih Presiden Prabowo