Saat Rafli Mursalim Merasa Hidupnya Terasa Sangat Hampa
Beberapa langkah dari situ, ada dua kamar mandi berbahan plastik yang sudah terlihat rusak di sana sini. Ada yang pintunya tidak lagi utuh sampai dindingnya miring separo.
Meski begitu, bangunan utama masih terlihat bagus lantaran baru dicat saat menyambut Agustusan lalu.
Saat Jawa Pos memasuki pekarangan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Asy’ariyah sore itu (25/9), suasana religius terasa sangat kental.
Sejumlah santri dengan berbusana serbahitam duduk berbaris rapi. Masing-masing memegang Alquran sembari melantunkan ayat suci.
Sejak dua tahun terakhir, Rafli Mursalim, striker timnas U-19, memutuskan belajar dan memperdalam ilmu agama di ponpes tersebut.
Rafli menjelaskan, ada banyak alasan yang membuatnya memutuskan menghabiskan masa-masa remajanya di ponpes.
Selain orang tua, Rizal Kulle dan Rita Anggraini, yang memutuskan berpisah, sepak bola tanah air yang kala itu sempat dibekukan FIFA juga menjadi penyebab.
Padahal, saat itu Rafli sedang semangat-semangatnya belajar sepak bola di SSB Villa 2000 Jakarta.
Meraih prestasi sebagai top scorer Liga Santri 2016, karir Rafli Mursalim di dunia sepak bola akhirnya moncer.
- Majelis Masyayikh Berkomitmen Memperkuat Peran Pesantren
- Hari Santri Nasional: Pesantren Mewah, Berbiaya Murah, Apa Ada?
- AKBP Kurnia Ajak Ulama dan Santri Jaga Keamanan-Ketertiban Jelang Pilkada di Meranti
- Detik-Detik Pelaku Pencabulan Dievakuasi dari Pesantren di Bekasi
- Pemilik Ponpes di Karawang Pencabul Santriwati Ditangkap, Korban Capai 20 Orang
- Majelis Masyayikh Susun Dokumen Standar Mutu Pendidikan Nonformal Pesantren