Saat Rafli Mursalim Merasa Hidupnya Terasa Sangat Hampa
”Saat itu hidup saya terasa sangat hampa. Jadi, keinginan kuat untuk belajar agama pun muncul dari dalam hati,” kata pencetak gol terbanyak di Liga Santri 2016 itu.
”Jadi, pas ada teman yang ngajak mondok untuk memperdalam ilmu agama di pesantren, saya langsung iyakan saja,” tambahnya.
Selama mondok, pria kelahiran Jakarta, 3 Maret 1999, itu mengaku jalan hidupnya semakin terbuka. Hatinya yang dulu bimbang dalam pencarian jati diri mulai lebih tenang dalam mengarungi hidup.
”Dulu sebelum ke pesantren saya gampang emosi. Alhamdulillah, saat ini semua mulai berubah,” ungkap Rafli.
Apalagi, selain memperdalam ilmu agama, ponpes yang memiliki 150 santri dari berbagi pelosok Nusantara itu juga sangat mendukung karirnya sebagai pemain bola.
Sebab, sang kiai, Mahrusillah, juga memiliki hobi bola. Bila ada waktu luang, Kiai Mahrus, sapaan akrab sang kiai, mengajak santrinya bermain bola di lapangan kecamatan. Tiga kali dalam sepekan.
Berkat sering latihan bareng yang berawal dari hobi tersebut, mereka berhasil melambungkan nama ponpes yang didirikan almarhum KH Ahmad Syukri Asy’ari pada 1967 itu.
Ya, momentum emas itu mereka dapatkan saat Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menggelar Liga Santri secara nasional pada 2016.
Meraih prestasi sebagai top scorer Liga Santri 2016, karir Rafli Mursalim di dunia sepak bola akhirnya moncer.
- Majelis Masyayikh Berkomitmen Memperkuat Peran Pesantren
- Hari Santri Nasional: Pesantren Mewah, Berbiaya Murah, Apa Ada?
- AKBP Kurnia Ajak Ulama dan Santri Jaga Keamanan-Ketertiban Jelang Pilkada di Meranti
- Detik-Detik Pelaku Pencabulan Dievakuasi dari Pesantren di Bekasi
- Pemilik Ponpes di Karawang Pencabul Santriwati Ditangkap, Korban Capai 20 Orang
- Majelis Masyayikh Susun Dokumen Standar Mutu Pendidikan Nonformal Pesantren