Saat Rafli Mursalim Merasa Hidupnya Terasa Sangat Hampa
Apalagi, dalam event tersebut, pengagum striker Barcelona Luis Suarez itu berhasil menyumbangkan enam gol bagi timnas U-19.
Tak pelak, saat kembali dari Myanmar, sang ayah langsung menyiapkan pesta di rumah untuk menyambut sang ”pahlawan keluarga” tersebut. Para teman sesama mantan pemain, keluarga, dan tetangga diundang.
”Rumah jadi penuh terus oleh tamu. Banyak yang berdatangan kasih selamat,” ujar Rafli yang ngebet bermain di Persija dan PSM Makassar itu.
Menurut Kiai Mahrus, selama Rafli dan kawan-kawan bertarung di Myanmar, dirinya selalu mengajak para santri untuk memberikan dukungan doa dari jauh.
Misalnya, bersalawat dan membaca surah Yasin saat pertandingan sedang berlangsung. ”Jadi, kami keluarkan televisi di teras dan semua nonton bareng di luar sambil berdoa,” ujar kiai 40 tahun itu.
Pria yang sepuluh tahun menimba ilmu di Ponpes Tebuireng, Jombang, tersebut memang sengaja mengambil jalan olahraga untuk berdakwah. Salah satunya lewat sepak bola dan pencak silat.
Dengan begitu, hampir semua santrinya memiliki kemampuan di dua cabang olahraga itu. Uniknya, ayah lima anak tersebut tidak meminta sepeser pun biaya dari para santri yang mondok di sana.
Padahal, selain mereka yang memiliki bakat olahraga seperti Rafli, tidak sedikit santri yang berlatar belakang korban penyalahgunaan narkotika yang butuh penanganan khusus selama berada di sana.
Meraih prestasi sebagai top scorer Liga Santri 2016, karir Rafli Mursalim di dunia sepak bola akhirnya moncer.
- Majelis Masyayikh Berkomitmen Memperkuat Peran Pesantren
- Hari Santri Nasional: Pesantren Mewah, Berbiaya Murah, Apa Ada?
- AKBP Kurnia Ajak Ulama dan Santri Jaga Keamanan-Ketertiban Jelang Pilkada di Meranti
- Detik-Detik Pelaku Pencabulan Dievakuasi dari Pesantren di Bekasi
- Pemilik Ponpes di Karawang Pencabul Santriwati Ditangkap, Korban Capai 20 Orang
- Majelis Masyayikh Susun Dokumen Standar Mutu Pendidikan Nonformal Pesantren