Saatnya Bali Menjadi Daerah Unggulan Ekspor Produk Kakao
Saat itu komunitas tersebut memiliki jumlah anggota sertifikasi sebanyak 609 orang.
"Petani kebun kakao yang tergabung dalam koperasi dapat memperoleh keuntungan yang cukup signifikan, salah satu dampak positifnya harga penjualan Kakao Nibs dapat lebih mahal dan stabil. Koperasi pun continue mendampingi petani, memberikan saran advokasi serta melalui pendampingan dari koperasi dapat merubah mindset pekebun agar lebih memperhatikan proses hulu hingga ke hilir sehingga hasil produksi dan produktivitas berkualitas mutu baik dan berdaya saing," ujarnya.
Dia berharap ke depan ada dukungan-dukungan lain untuk memajukan komoditas kakao.
"Harapan ke depannya kami bisa didukung mesin-mesin yang kapasitasnya lebih besar sehingga kami bisa menjual pasta, butter, powder baik lokal maupun ekspor," sambungnya.
Pada kesempatan yang berbeda, Plt. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Baginda Siagian mengapresiasi langkah koperasi kakao yang dijalankan Ketut Wiadnyana.
"Apalagi didukung kemitraan yang kuat, ini salah satu bentuk koorporasi petani yang wajib di-replikasi di sentra kakao lainnya. Perlu juga memperkuat branding melalui promosi, dan ditjen. Perkebunan akan hadir di aspek tersebut untuk membantu promosi," pungkas Baginda. (flo/jpnn)
Para petani kakao di Bali sudah mengekspor hasil panen ke beberapa negara tetangga.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dua Tokoh Siap Luncurkan Creative Hub Bertema Laut di Bali
- GB Sanitaryware dan Christian Sugiono Garap Project Rahasia di Bali
- Petani Sambut Penyederhanaan Distribusi Pupuk Subsidi Pemerintah
- Bali Jadi Destinasi Utama Wisata Medis Estetika di Asia Tenggara
- Menko Pangan Zulhas Sidak di Lampung, Petani dan Kios: Pupuk Melimpah, Alhamdulillah
- Kronologi Anak Drummer Matta Band Meninggal Dunia di Bali