Saatnya Pacu Pasar Modal Syariah Indonesia

jpnn.com - JAKARTA – Pasar modal syariah di Indonesia terus dikembangkan. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, instrument investasi “halal” ini masih relatif kecil bahkan, jika dibandingkan dengan Malaysia.
Direktur Struktur Keuangan PT Mandiri Sekuritas Teguh Wirahadikusumah mengatakan pasar modal syariah Indonesia memang berkembang. ”Tapi pasar modal syariah tidak sebagus konvensional. Maka penerbitan sukuk memang selalu lebih kecil dibandingkan obligasi konvensional karena, kemampuan daya serapnya lebih rendah dari konvensional,” ujarnya di sela public expose penerbitan Sukuk Ijarah berkelanjutan I PT Indosat Tbk tahap I senilai Rp 300 miliar dan obligasi berkelanjutan I Indosat tahap I senilai Rp 2,2 triliun di Jakarta, hari ini (6/11).
Di Malaysia, menurut dia, Kuala Lumpur jadi financial hub untuk pasar syariah karena, pemerintahnya fokus. ”Financial hub (obligasi) konvensional sudah banyak, di Asia ada Hong Kong dan Singapura. Tapi syariah, belum ada dan Malaysia fokus di sana,” katanya.
Bank Sentral Malaysia memiliki fokus terhadap keduanya baik konvensional maupun syariah. Begitu pula kliring dan manajer investasi. ”Itupun sangat dipromosikan,” ucapnya.
Di Malaysia investor asing untuk konvensional hanya diperbolehkan memiliki porsi investasi 30 persen. Sementara produk syariah diperbolehkan 100 persen. Emiten atau perusahaan publik yang mau mengeluarkan surat utang syariah juga diberikan insentif.
Sebaliknya, Indonesia belum ada aturan sejenis. ”Sayang memang, padahal potensi terbesar ada di Indonesia. Mungkin belum terlambat juga tapi, memang harus fokus. Di Indonesia terlalu berkutat pada syariahnya. Malysia titik berat pada pengembangannya. Karena itu, ekonomi syariah Indonesia belum sepesat yang diharapkan. Secara umum pasar modal kita harus dibenahi,” tuturnya.
Dari sisi pasar saham, Indonesia sebenarnya berpeluang menyalip Malaysia dalam hal pasar syariah. Pada 2012, jumlah saham syariah di Malaysia berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tercatat 817 saham lalu, berkurang menjadi 650 saham pada 2013. Sebaliknya, Indonesia meningkat dari 302 saham pada 2012 menjadi 313 saham pada 2013.
Begitu juga dari sisi kapitalisasi pasar saham (market cap). Pada 2012, market cap saham syariah di Malaysia mencapai 64 persen dari total market cap di bursa saham negara itu. Namun, 2013 berkurang menjadi 61 persen. Sebaliknya, Indonesia meningkat menjadi 61 persen dari sebelumnya 59 persen.(gen/dio)
JAKARTA – Pasar modal syariah di Indonesia terus dikembangkan. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, instrument investasi “halal”
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Vention Meluncurkan Produk Inovasi Terbaru, Desain Lebih Modern
- Survei Ninja Xpress: 40% Konsumen Singapura & Malaysia Beli Barang dari Indonesia
- Pertamina Dorong Ribuan UMKM Perempuan untuk Berkarya Lewat Program PFpreneur
- Krisis Pangan Global Mulai Terjadi, Bagaimana Status Indonesia?
- Mentrans Iftitah Harap Jepang Berinvestasi di Kawasan Transmigrasi
- Temui Menteri Rosan, Waka MPR Dorong Regulasi CCS yang Progresif dan Kompetitif