Saatnya Pemerintah Harus Tegas, Memberi Perintah, Bukan Imbauan!
"Keadaan itu, menjadi makin tak menguntungkan ketika tak semua positif COVID-19 menunjukkan gejala yang jelas. Padahal mereka bisa menjadi penyebar virus atau tertular dari orang lain yang positif. Namun tidak menunjukkan gejala," katanya.
Masyarakat, kata dia, selalu bertindak menurut persepsi yang melekat di kepalanya yakni tak ada gejala sakit, berarti sehat. Maka timbul pertanyaan, mengapa harus mengurung diri dan kerja maupun belajar dari rumah dimaknai sebagai liburan.
Persepsi itu, ketika berhadapan dengan penularan yang makin masif di Jabodetabek, memunculkan pikiran di benak masyarakat untuk mudik ke kampung halaman menjauh dari Jabodetabek.
"Mudik, pulang kampung atau mengasingkan diri ke wilayah yang dipersepsikan masyarakat bebas dari ancaman penularan. Namun sesungguhnya, mereka tidak paham, justru dirinyalah yang jadi sumber penularan COVID-19 ke wilayah lain," kata Firman. (antara/jpnn)
Melihat perkembangan wabah virus corona COVID-19 yang makin ganas, pemerintah harus memberi perintah, bukan sekadar imbauan jarak jarak fisik alias physical distancing.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Kasus Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Ada yang Anak-anak
- Usut Kasus Pengadaan APD Covid-19, KPK Periksa Song Sung Wook dan Agus Subarkah
- Saksi Ungkit Jasa Harvey Moeis dalam Penanganan Covid, Lalu Ungkap Pesan Jokowi & BG
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya
- Kasus Korupsi Proyek APD Covid-19, KPK Jebloskan Pengusaha Ini ke Sel Tahanan
- Korupsi Insentif Nakes RSUD Palabuhanratu, Polda Jabar Tangkap 3 Tersangka Baru