Sabet Adiwiyata hingga Green School Award

Sabet Adiwiyata hingga Green School Award
TIDAK SEKADAR MENTERENG: Bangunan SMPN 11 yang desainnya menerapkan prinsip lingkungan. Foto: Frizal/Jawa Pos

jpnn.com - SEBAGIAN besar wilayah Surabaya Utara dikenal sebagai lingkungan yang kumuh. Cap kemiskinan dan ekonomi tertinggal melekat pada kawasan itu. Salah satunya Semampir. Ia dikenal sebagai kantong kemiskinan paling tinggi di kota ini. Jika kawasan tersebut tidak segera dibenahi, masyarakatnya bisa tertinggal. Termasuk bidang pendidikan.

Apalagi kawasan itu hanya mempunyai satu SMP negeri. Yakni, SMPN 11. Empat tahun lalu SMPN 11 satu lokasi dengan SDN Ujung di Jalan Sawah Pulo. Areanya sempit, kumuh, dan tidak teratur. Seolah tidak ada potret pendidikan yang bisa dibanggakan oleh masyarakat setempat.

Namun, sejak awal 2010, pemkot bertekad merehab sekolah ’’pinggiran’’ itu. Langkah awalnya, pemkot mencarikan lokasi yang representatif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Lokasi yang dipilih adalah Lapangan Dwikora yang pada saat itu menjadi tempat mangkal ratusan becak di kawasan Surabaya Utara. Jaraknya hanya sekitar 300 meter dari SMPN 11.

Lapangan tersebut kumuh, tidak tertata, serta rawan kejahatan. Area itu juga menjadi semacam WC umum bagi masyarakat sekitar. Sebab, banyak warga sekitar yang belum mempunyai MCK. Maka tidak heran, pada saat pengerukan lahan, kotoran manusia menumpuk di sana.

Waktu itu tidak mudah bagi pemkot meyakinkan masyarakat sekitar bahwa lahan tersebut akan disulap menjadi sekolah. Protes pun berdatangan. Namun, pemkot kukuh membangun sekolah di sana. Masyarakat Surabaya Utara harus punya pride di bidang pendidikan.

Kepala SMPN 11 Akhmad Suharto mengatakan, pembangunan sekolah pun dimulai. Tidak sampai dua tahun, bangunan megah di atas lahan sekitar 1 hektare didirikan. Kini SMPN 11 sudah empat tahun berdiri megah di sana. Bangunannya tiga lantai.

Tak sekadar bangunan sekolah pada umumnya, sekolah itu berupaya menerapkan konsep green building. Ia meminimalkan penggunaan AC dan lebih memaksimalkan pencahayaan alami. Atap sekolah dibikin tinggi sehingga ruang kelas mendapat pencahayaan dan udara yang maksimal. Desain sekolah memang sengaja dibikin demikian.

Harto, sapaannya, mengatakan, seluruh pihak bekerja keras untuk mengubah lingkungan itu. Termasuk warga sekitar. Mulai RT, RW, lurah, hingga camat mempunyai kontribusi untuk mengembangkan sekolah tersebut. Terutama untuk lingkungannya. Setiap Jumat warga sekitar rutin membantu bersih-bersih lingkungan sekolah.

SEBAGIAN besar wilayah Surabaya Utara dikenal sebagai lingkungan yang kumuh. Cap kemiskinan dan ekonomi tertinggal melekat pada kawasan itu. Salah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News