Sadar Jadi Target, Tak Khawatir Di-Munir-kan

Sadar Jadi Target, Tak Khawatir Di-Munir-kan
Hishamuddin Rais (kiri) bersama wartawan Jawa Pos, Dyan Wahydi. FOTO: JAWA POS/JPNN
 

Pria yang gemar mengucir rambutnya yang sebahu itu kali pertama terlibat dalam dunia pergerakan ketika masih menjadi mahasiswa Universiti Malaya. Salah satu peristiwa penting yang mejadi catatan sejarah pergerakan di Malaysia adalah perjuangan kaum pelajar untuk masyarakat Tasek Utara yang rumahnya dirobohkan pada pengujung 1973. Isham ditangkap dan ditahan aparat keamanan. Dia sempat dipenjara di Air Molek, Malaka, selama beberapa waktu.

 

Tak kapok, pada Desember 1974 putra seorang tentara itu kembali terlibat dalam demonstrasi mahasiswa besar-besaran. Mereka memperjuangkan nasib petani-petani miskin di Baling. Kerajaan yang dipimpin Tun Abdul Razak Hussein, ayah Perdana Menteri (PM) Najib Razak, kala itu menangkapi para aktivis. Termasuk Anwar Ibrahim yang di kemudian hari menjadi wakil PM mendampingi Mahathir Mohamad. "Saya berhasil lari," kata Isham, kembali disambut tawa kerasnya yang khas.

 

Dia kabur ke luar negeri lewat jalur bawah tanah. Hingga akhirnya dia mendapat suaka politik dari pemerintah Belgia. Dia lantas melanjutkan studi di sana. Dia belajar bahasa Prancis di Universite Catholique de Louvain, Belgia, pada 1984. Kemudian, melanjutkan belajar seni di Kolej Brixton, London, dan lulus dalam bidang film dan video dari University of Westminster, London, pada 1992. Isham tinggal di London 15 tahun.

 

Pada 1994 Isham memutuskan kembali ke Malaysia. Saat gelombang reformasi muncul pada1998, pasca-Anwar Ibrahim dipecat dari jabatan wakil PM, darah aktivis Isham kembali bergolak.

GERAKAN kelompok arus bawah yang terus bergulir mengiringi hasil pemilihan raya Malaysia tidak muncul dengan sendirinya. Ada sejumlah tokoh yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News