Sadaring Satupena: Banyak Orang Gagal Bedakan antara Fakta dan Fiksi

Sadaring Satupena: Banyak Orang Gagal Bedakan antara Fakta dan Fiksi
Satu Pena menggelar Sarasehan Dalam Jaringan (Sadaring) seri #01, yang dihelat secara daring pada Minggu (15/8/2021). Foto: Satupena

“Itu saja sudah cukup, jangan turut mengaburkan semuanya,” tambahnya.

Kegagalan Kategori

Hikmat Darmawan mengatakan era post truth antara lain ditandai dengan kegagalan manusia membuat kategorisasi mana fakta dan mana fiksi. Kegagalan itu pertama-tama disebabkan oleh membanjirnya informasi lewat media sosial.

“Kita sering kali melakukan click monkey, terusin saja ke orang lain tanpa pernah mengkritisi apa yang sedang kita bagikan,” katanya.

Click monkey atau mengeklik tanpa membaca sebuah informasi, sebenarnya telah turut serta membuat banjir informasi dewasa ini serta serba kebingungan yang mendera publik kita.

Sebenarnya, kata Hikmat, cara-cara ini telah membuat kita semakin bingung menentukan mana realitas faktual dan mana realitas fiksional. Saking banyaknya fakta-fakta yang bias opini, maka justru terkadang fiksilah yang menjadi harapan dalam memberoleh kebenaran.

“Walau dalam fiksi bukan kebenaran objektif dan absolut yang kita peroleh, tetapi kebenaran sementara sebelum kita menemukan kebenaran yang lebih hakiki,” ujar pendiri Persatuan Penulis Indonesia SATUPENA ini.

Oleh sebab itulah, pernyataan penyair Muhammad Iqbal, bahwa fiksi adalah dusta yang kudus seolah menemukan kebenarannya.

Tsunami informasi yang menderas dalam kehidupan sehari-hari telah menyebabkan banyak orang gagal membedakan mana fakta dan mana fiksi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News