Sadaring Satupena: Banyak Orang Gagal Bedakan antara Fakta dan Fiksi

Sadaring Satupena: Banyak Orang Gagal Bedakan antara Fakta dan Fiksi
Satu Pena menggelar Sarasehan Dalam Jaringan (Sadaring) seri #01, yang dihelat secara daring pada Minggu (15/8/2021). Foto: Satupena

Pesanan semacam itu membuatnya mempertanyakan tugasnya sebagai seorang penulis yang memiliki tanggung jawab mempertahankan idealisme.

Biasanya, kata Deasy, ia menggunakan fiksi sebagai jalan keluar.

“Menulis fiksi adalah jalan keluar dari kebimbangan dalam kerja melayani industri,” kata Daesy.

Dalam fiksi yang ia tulis, senantiasa terdapat fakta-fakta yang ia olah untuk kemudian disajikan sebagai suguhan yang menghibur. Jadi, pada fiksi pun akhirnya, kata Deasy, ia menyuguhkan fakta-fakta yang ia tidak mungkin sajikan dalam proses kerja industrial.

Hikmat mengatakan pada era post truth tidak mungkin lagi mengharapkan kebenaran objektif, tetapi kita memiliki kebenaran-kebenaran kemanusiaan dan kebenaran etis.

“Kebenaran kemanusiaan dan kebenaran etis itu justru kita temukan pada genre tulisan bernama fiksi,” kata Hikmat.

Karakter fiksi yang menyajikan hiburan membuatnya menjadi lebih lentur dan menyajikan kebenaran secara lebih utuh.

Sementara fakta-fakta menjadi kian miskin, karena berbagai bias kepentingan, termasuk oleh kepentingan para penulisnya ketika ia diproduksi di dalam kepalanya.

Tsunami informasi yang menderas dalam kehidupan sehari-hari telah menyebabkan banyak orang gagal membedakan mana fakta dan mana fiksi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News