Sadaring Satupena: Banyak Orang Gagal Bedakan antara Fakta dan Fiksi
Pesanan semacam itu membuatnya mempertanyakan tugasnya sebagai seorang penulis yang memiliki tanggung jawab mempertahankan idealisme.
Biasanya, kata Deasy, ia menggunakan fiksi sebagai jalan keluar.
“Menulis fiksi adalah jalan keluar dari kebimbangan dalam kerja melayani industri,” kata Daesy.
Dalam fiksi yang ia tulis, senantiasa terdapat fakta-fakta yang ia olah untuk kemudian disajikan sebagai suguhan yang menghibur. Jadi, pada fiksi pun akhirnya, kata Deasy, ia menyuguhkan fakta-fakta yang ia tidak mungkin sajikan dalam proses kerja industrial.
Hikmat mengatakan pada era post truth tidak mungkin lagi mengharapkan kebenaran objektif, tetapi kita memiliki kebenaran-kebenaran kemanusiaan dan kebenaran etis.
“Kebenaran kemanusiaan dan kebenaran etis itu justru kita temukan pada genre tulisan bernama fiksi,” kata Hikmat.
Karakter fiksi yang menyajikan hiburan membuatnya menjadi lebih lentur dan menyajikan kebenaran secara lebih utuh.
Sementara fakta-fakta menjadi kian miskin, karena berbagai bias kepentingan, termasuk oleh kepentingan para penulisnya ketika ia diproduksi di dalam kepalanya.
Tsunami informasi yang menderas dalam kehidupan sehari-hari telah menyebabkan banyak orang gagal membedakan mana fakta dan mana fiksi.
- Inilah 25 Pemenang Anugerah Jurnalistik Pertamina 2024, Berikut Daftar Namanya
- Konon Dian Nitami Terinfeksi Toksoplasma, Anjasmara Ungkap Fakta Ini
- Simak, Lomba Karya Jurnalistik Bertema Wajah Hukum Pemerintahan Baru
- HUT ke-47, BPJS Ketenagakerjaan Gelar Lomba Karya Tulis Jurnalistik
- PNM Beri Penghargaan kepada Wartawan Inspiratif di Journalist Journey 2024
- Pegadaian Media Awards 2024 Diperpanjang, Buruan Daftar!